
Jakarta, Bumntrack.co.id – Rektor Institut Agama Islam Tazkia, Murniati Mukhlisin mengungkapkan potensi industri halal nasional yang sangat besar dan terus didorong pengembangannya oleh pemerintah dapat menjadi momentum bagi PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) untuk memperkuat peran dan kontribusinya. Pengembangan ekonomi syariah di Indonesia saat ini semakin diperkuat, terlebih pada masa pemulihan ekonomi dari dampak krisis akibat pandemi Covid-19. BSI Diharapkan ke depan dapat saling melengkapi dan menopang dalam ekosistem industri halal nasional.
“Memang integrasi di industri halal yang sedang diupayakan sehingga pada akhirnya mendorong kinerja perbankan syariah, termasuk Bank BSI yang menjadi tumpuan,” kata Rektor Institut Agama Islam Tazkia, Murniati Mukhlisin dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (12/11).
Menurutnya, Pemerintah saat ini tengah berupaya meningkatkan peran industri halal, sehingga mampu lebih berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Langkah strategis pemerintah untuk mendorong industri halal di antaranya menghadirkan masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024. Pemerintah pun melakukan penguatan lembaga ekonomi dan keuangan syariah dengan mengubah Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) menjadi Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS). Perubahan tersebut diatur dalam Perpres No. 28 tahun 2020. Pelaku industri halal didorong untuk melakukan pembenahan kinerja sehingga berdampak positif pada kinerja perbankan syariah nasional. Hasilnya, kinerja BSI sangat positif kendati ekonomi masih dihadang pandemi.
“Restrukturisasi pasti ada, tapi kan pendapatan BSI masih tumbuh positif dan masih mampu mencetak laba,” imbuhnya.
Untuk mengoptimalkan potensi industri halal nasional BSI perlu memperkuat integrasi di tataran internal. Pasalnya BSI adalah hasil merger tiga bank syariah milik BUMN, yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank BNI Syariah dengan target pasar yang berbeda dan memiliki keunggulan baik di korporasi, UMKM hingga ritel. BSI saat ini dapat masuk ke berbagai segmen usaha. Seperti sudah memiliki divisi wealth management yang akan menjaring lebih banyak nasabah kelas atas guna menambah kekuatan likuiditas. BSI pun memiliki kemampuan melayani kebutuhan sosial spiritual yakni lewat pengelolaan zakat, infaq, sadaqah, dan waqaf (Ziswaf).
Dengan integrasi di sosial finance melalui Ziswaf tersebut, menurutnya BSI akan mampu meningkatkan kepercayaan umat Islam yang menunggu peran lebih perbankan syariah di tengah masyarakat.
“Nantinya akan lebih banyak lagi dana di deposito yang margin simpanannya digunakan untuk kebutuhan sosial,” imbuhnya.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan pihaknya memang memiliki komitmen yang kuat untuk menopang industri halal nasional, sehingga dapat memperkuat kinerja perseroan ke depan. Potensi industri halal di Indonesia nilainya kurang lebih mencapai Rp4.375 triliun. Dari total nilai tersebut, Industri makanan dan minuman halal menyedot porsi terbanyak yaitu senilai Rp2.088 triliun disusul aset keuangan syariah senilai Rp1.438 triliun.
“Kami ingin menjadi pelaku utama dalam mendorong dan menumbuhkan ekonomi syariah Indonesia. Sehingga potensi ekonomi syariah yang besar ini bisa dioptimalkan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia secara merata,” kata Hery.
BSI pun saat ini sudah bekerjasama dengan Kawasan Industri Halal (KIH) di Cikande, Banten dan Sidoarjo, Jawa Timur. Komitmen BSI untuk menjadi penopang di industri halal tak terlepas dari data Bank Indonesia yang mencatat pada triwulan II/2021 pertumbuhan industri halal sektor unggulan yaitu makanan halal, busana muslim, dan pariwisata ramah muslim sekitar 8,2%.
Pertumbuhan itu lebih tinggi jika dibanding dengan naiknya PDB nasional yang sekitar 7,07%. Nilai ekspor makanan halal Indonesia pada periode yang sama pun tumbuh sekitar 46%. Yaitu mencapai US$10,36 miliar. Bank Indonesia pun memperkirakan industri halal secara global akan semakin berkembang pesat seiring bertambahnya jumlah penduduk muslim di dunia.