AP II Targetkan 20 Bandara Pakai Pembangkit Listrik Tenaga Surya Pada 2025

E-Magazine Januari - Maret 2025

Jakarta, Bumntrack.co.id – Direktur Utama Angkasa Pura II (AP II), Muhammad Awaluddin mengatakan bahwa penggunaan EBT di bandara sejalan dengan kesepakatan antara Airport Council International (ACI) dan seluruh operator bandara di dunia untuk mendukung program global Net Zero Carbon Emission 2050.

“Bandara menyumbang sekitar 2 persen emisi karbon dari total pangsa global, sehingga untuk mengurangi emisi karbon tersebut, operator bandara harus berkomitmen menggunakan energi baru terbarukan hampir di seluruh aspek operasional dan pelayanan,” ujar Dirut AP II, Muhammad Awaluddin dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin (14/2/22).

AP II menanamkan semangat kepedulian lingkungan di industri penerbangan nasional melalui pemanfaatan EBT dan upaya-upaya pelestarian lingkungan. Pemanfaatan EBT di lingkungan AP II sangat mendukung implementasi teknologi dalam mewujudkan smart airport sehingga meningkatkan daya saing (competitiveness) bandara-bandara AP II di era Industry 4.0.

“AP II telah memiliki masterplan pengembangan Eco Airport periode 2021 – 2030, di mana Eco Airport ini mendukung visi perusahaan menjadi Smart & Connected Airport. Pemanfaatan EBT di bandara AP II akan menggunakan teknologi-teknologi baru, yang bisa diintegrasikan dengan teknologi eksisting,” jelasnya.

Adapun di dalam masterplan Eco Airport 2021 – 2030, AP II fokus pada pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai energi baru terbarukan. “Pada Fase Pertama yakni 2021, sudah diimplementasikan pemanfaatan EBT yakni PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) yang dipasang di atap bangunan di sejumlah gedung di Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Kualanamu dan Bandara Banyuwangi dengan kapasitas 1,83 MWp (megawatt peak).”

“Kemudian pada Fase Kedua yakni tahun ini direncanakan penggunaan PLTS Atap mencapai EBT 3,78 MWp, serta selanjutnya pada Fase Ketiga yaitu 2023-2025 direncanakan pemanfaatan PLTS di atas tanah (ground mounted) berkapasitas 18,69 MWp dan PLTS terapung (floating) berkapasitas 1,8 MWp. Pada 2025, ditargetkan seluruh 20 bandara AP II telah memiliki PLTS dengan kapasitas 26,34 MWp,” tambahnya.

Di dalam pemanfaatan EBT ini, AP II mempersiapkan 3 aspek penting yakni SDM, Proses dan Teknologi. Aspek SDM terkait dengan kompetensi teknik kelistrikan berbasis energi baru terbarukan, kemudian Proses terkait prosedur baku dalam pengoperasian energi baru terbarukan yang efektif dan efisien, serta Teknologi terkait dengan penggunaan platform yang tepat guna mengoperasikan energi baru terbarukan.

Adapun terkait penggunaan teknologi kelistrikan, AP II saat ini juga telah membangun sistem yang dinamakan MANTRI (Monitoring System of Airport and Non-Airport Threshold Electrical Infrastructure) guna mengendalikan dan memonitor secara real time penggunaan energi di lingkungan AP II. Penggunaan EBT yang sangat efisien dari sisi biaya akan sangat membantu bandara dalam menghadapi tantangan akibat pandemi COVID-19, karena listrik merupakan salah satu kontributor terbesar biaya operasional di bandara. “Penggunaan teknologi dan keunggulan dari sisi biaya membuat pemanfaatan EBT dapat meningkatkan daya saing bandara-bandara AP II di era Industry 4.0,” jelas Muhammad Awaluddin.

“Di dalam transisi ini, kerja sama komponen masyarakat sangat penting. Adanya kerja sama dalam hal regulasi, masalah pendanaan, serta teknologi yang juga harus mendukung,” kata Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, Bob Saril.

Sementara itu, Senior EVP Manajemen Risiko PLN Chairani Rachmatullah mengatakan bahwa PLN menargetkan bauran EBT sebesar 23% pada 2025. “PLN tetap komitmen bahwa EBT 23% pada 2025,” ujar dia.

Bagikan:

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.