
Jakarta, Bumntrack.co.id – Direktur Utama PT Bio Farma, M Rahman Roestan mengungkapkan tantangan industri farmasi pada 2030 mendatang antara lain terkait bonus demografi, peningkatan daya saing dan pergantian generasi baby boomers menjadi generasi milineal dalam tampuk kepemimpinan.
“Tahun 2030 menjadi penting karena disitu ada bonus demografi, pergantian generasi, generasi milineal mulai memegang peranan penting,” kata Direktur Utama PT Bio Farma, M Rahman Roestan saat membedah buku Toward Pharma 2030 di Lembang, rabu (11/9).
Selain itu, inovasi yang dilakukan kedepan tidak hanya terbatas pada produk saja, melainkan proses dan strategi perusahaan menyikapi persaingan bisnis. “Buku ini tidak hanya mengupas dari sisi inovasi (bukan hanya produk) tetapi juga proses dan strategi,” jelasnya.
Proses yang dimaksud yaitu bagaimana percepatan perolehan produk baru dengan melakukan sinergi perusahaan bersama goverment, pengusaha, akademisi, komunitas serta media. Sedangkan strategi meliputi usaha untuk menyikapi daya saing dan meningkatkan performance perusahaaan.
“Daya saing mempengaruhi performance korporasi karena dituntut untuk memenuhi standar WHO, lower cost, higher quality, dan higher sistem. Untuk sektor farmasi ada satu variabel yang menjadi penentu, yaitu integrated manajemen sistem. Kita tidak bicara kualitas produk, tapi kepedulian lingkungan dan community development,” terangnya.
Saat ini, Indonesia melalui Bio Farma sudah memproduksi 14 vaksin yang diakui badan kesehatan dunia (WHO). Vaksin itu dibutuhkan sebagai program imunisasi dasar di seluruh dunia. Produk vaksin Bio Farma diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan nasional, selebihnya bisa diekspor untuk membantu negara lain dalam hal program imunisasi dasar lebih ke 140 negara negara OKI.