Jakarta, BUMN TRACK – Generasi Milenial hingga Generasi Z cenderung menganggap menjadi petani di negeri sendiri merupakan hal yang tidak menguntungkan, bahkan mereka rela keluar negeri hanya untuk beradu nasib. Namun tidak bagi Danang Priatmoko, pria asal Kabupaten Bantul sukses membudidayakan tanaman anggur dengan membuat wisata edukasi Jogja Anggur.
“Saya awalnya menanam satu pohon anggur dan berbuah sangat lebat. Kemudian berkembang hingga puluhan varietas impor dari Jepang, Amerika bahkan Ukraina. Tiap pohon bahkan mampu menghasilkan antara 10 Kg hingga 30 Kg buah angggur,” kata Danang di Bantul, Yogyakarta, Jumat (28/2/25).
Salah satu keunggulan budidaya tanaman anggur di Indonesia adalah kemampuan berbuah 3 kali dalam satu tahun. Hal tersebut didukung iklim tropis yang hanya memiliki dua musim. Padahal di negara asalnya, seperti Ukraina, pada musim panas tanaman anggur akan berbuah sedangkan di musim dingin dia berhibernasi.
“Faktor lain yaitu penggunaan metode berimbang, baik dari komposisi, waktu maupun jenis pupuk kimia atau pupuk organik. Yang penting, unsur nitrogen benar-benar ada dan berkualitas,” jelasnya.
Tanaman anggur apabila dibiarkan secara alami, pertumbuhannya tidak akan menghasilkan buah yang besar dan banyak. Sehingga diperlukan langkah-langkah perawatan yang rutin. Misalnya, media tanam angggur apabila terlalu banyak menggunakan pupuk kimia maka membuat tanah menjadi keras. Diperlukan pupuk organik seperti pupuk kandang agar unsur hara tetap terjaga dengan baik.
“Pada tahap awal budidaya, media tanam yang digunakan adalah pupuk organik seperti pupuk kandang. Kemudian untuk pertumbuhan dan pembuahan, saya menggunakan pupuk kimia yaitu Pupuk NPK dari Pupuk Indonesia. Selain sudah terpercaya kualitasnya, pupuk NPK dari Pupuk Indonesia mudah ditemukan di Bantul. Sedangkan pupuk organik, saya ambil dari daerah sekitar dari kotoran hewan ternak,” jelasnya.
Menurutnya, keunggulan pupuk kimia yaitu unsur Nitrogen (N) Fosfor (P) dan Kalium (K) terukur dengan pasti. Selain itu hemat, ibaratnya pupuk kandang butuh satu 1 meter kubik, maka pupuk NPK hanya membutuhkan seperlimanya saja. Pupuk diberikan berimbang antara kimia dan pupuk organik selang 3 minggu.
Untuk pertumbuhan, dirinya menggunakan pupuk NPK Phonska Plus atau Petro. Sedangkan untuk pembuahan menggunakan NPK Grower.
“Pupuk itu fungsinya untuk memicu pertumbuhan dan buah. Kalau tidak menggunakan pupuk, maka buah yang dihasilkan tidak akan banyak. Selain itu, tanaman juga mudah sakit,” tambahnya.
Sebagai petani generasi milenial, dirinya tak segan mencari informasi terkait metode budidaya terbaru, melakukan riset pupuk yang cocok untuk tanaman anggur. Saat ini ada puluhan varietas yang dikembangkan, mulai dari Ninel, Transfigurasi, Harold, Jupiter, Gosv, Livia, Zuraflonok, Lorano hingga Veles.

Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) sebagai holding perusahaan pupuk seperti Pupuk Kaltim, Pupuk Kujang, Pupuk Sriwijaya (PUSRI) Palembang dan Pupuk Iskandar Muda memiliki berbagai macam produk pupuk yang sesuai dengan kebutuhan petani di Indonesia.
“Kami memiliki banyak variasi pupuk sesuai dengan kebutuhan petani. Ada lebih dari 200 variasi,” kata Tri Wahyudi Saleh, Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia.
Untuk wilayah Lampung dan Sumatera Selatan, NPK Singkong dan NPK Kopi menjadi pupuk favorit petani karena yang formulanya sudah disesuaikan khusus untuk tanaman singkong dan kopi.
Selain NPK Singkong dan Kopi, PIHC memiliki produk unggulannya yaitu Phonska, Nitrea dan Petro. Phonska merupakan singkatan phosphat, nitrogen, sulfur dan kalium merupakan flagship produk untuk pasar retail lini produk urea dan NPK. Keunggulannya adalah kualitas produk yang baik dan tambahan unsur hara sulfur-zinc yang dibutuhkan untuk petani Indonesia.
Ada berbagai macam Phonska yang sering digunakan petani, misalnya Phonska Plus yang membantu mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil pertanian seperti padi, jagung, sayuran, dan tanaman hortikultura lainnya.
Selain Phonska plus juga ada varian Phonska Alam yang memiliki komposisi ramah lingkungan. Pupuk ini terbuat dari bahan-bahan mineral alam yang dapat digunakan dalam sistem pertanian organik. Pupuk ini memiliki kandungan hara N, P, dan K yang mudah larut, seimbang, dan terstandar sehingga kualitas terjamin.
Selain itu, PIHC juga memiliki brand Nitrea. Pupuk ini memiliki market share lebih dari 90 persen di pasar domestik. Kualitas produk terjamin karena di ekspor dan terstandarisasi SNI. Pupuk Indonesia tidak hanya menyediakan pupuk, tetapi juga mendorong adopsi teknologi hingga keberlanjutan pertanian.
“Petani merupakan tonggak utama sektor pertanian Indonesia, penopang ketahanan pangan sekaligus kedaulatan negara. Oleh sebab itu, Kami memiliki strategi pemasaran dan penjualan yang disesuaikan dengan customer journey untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan membangun hubungan dalam jangka panjang,” tambahnya.