
Tahun ini merupakan periode kedua bagi Imam Faturrahman kembali dipercaya memimpin PT Kimia Farma Apotek, sebuah anak perusahaan farmasi milik BUMN, PT Kimia Farma. Bagi lulusan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya ini, menjadi nakhoda di industri farmasi kian memperkuat komitmen dirinya untuk melayani masyarakat lebih baik. “Obsesi saya ingin melayani sebaik-baiknya,” kata Imam.
Bagi pria kelahiran 17 Juli 1964 ini, masalah kesehatan sangat esensial untuk semua orang. Seseorang akan produktif jika tubuh mereka sehat. Maka, tantangan bagi perusahaan yang mengelola lebih dari 1.200 outlet, 600 klinik dan lab yang diperkuat oleh 10 ribu karyawan ini adalah memastikan pelayanan yang prima bagi masyarakat.
Untuk tetap menjaga api semangat para karyawan, Imam rutin melakukan sharing value seraya meyakinkan para karyawan bahwa mereka adalah orang-orang pilihan yang diamanahkan untuk senantiasa menebar kebaikan kepada sesama. “Pekerjaan ini menyangkut nyawa, risiko tertinggi adalah salah diagnosa atau salah memberikan obat, lalu pasien meninggal. Maka, tanpa bekal yang baik dalam dirinya, mustahil mereka bisa melayani dengan optimal,” ungkap Imam.
Dengan prinsip melayani yang menjadi dasar dari segala kegiatan di bidang human capital, Imam senantiasa menomorsatukan pelayanan dengan sepenuh hati. “Melayani itu yang utama, sementara urusan profit atau bisnis itu urusan kedua,” imbuhnya.
Agar tubuhnya tetap prima dalam menjalani amanah, Imam patuh menjaga keseimbangan antara kesehatan dan pikiran. Ia rutin berolahraga dan menjaga asupannya agar tidak berlebihan. Ia juga memberikan kesempatan bagi tubuhnya untuk beristirahat, dengan rutin menjalani puasa sunnah Senin dan Kamis.
Sedangkan untuk menjaga quality time dengan keluarga, pria yang suka melakukan refreshing di alam terbuka ini memiliki cara unik. Bersama istri dan keempat anaknya, mereka berburu games offline yang akan dimainkan bersama saban akhir pekan. Seraya bergembira, mereka meninggalkan gadget masing-masing demi berinteraksi dan berkompetisi bersama saat terlibat dalam beragam permainan yang mengasah otak dan kreativitas itu. Bahkan ketika liburan di hotel, “ritual” tersebut tetap dijalankan.
Melalui permainan tersebut, Imam mengaku dapat menyisipkan pesan-pesan moral kepada buah hatinya, antara lain tentang keteguhan, kerja keras, berpikir positif, berstrategi, mengatur emosi sekaligus cara menghargai sesama.