Kuartal III/2020, Krakatau Steel Catatkan Laba Kotor USD112,4 Juta

E-Magazine November - Desember 2024

Jakarta, Bumntrack.co.id – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk mencatatkan realisasi penjualan domestik pada kuartal III tahun 2020 naik 116 kilo ton menjadi 378 kilo ton dibanding kuartal II sebesar 262 kilo ton. Secara keseluruhan, realisasasi penjualan Krakatau Steel naik 5 persen dibanding kuartal I/2020.

“Realisasi penjualan pada kuartal I/2020 mencapai 429 kilo ton. Sedangkan kuartal II/2020 turun 39 persen mencapai 262 kilo ton. Penurunan tersebut disebabkan keadaan ekonomi internasional dan nasional akibat pandemi Covid-19 yang secara langsung mengakibatkan penurunan penjualan baja,” kata Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim di Jakarta, Selasa (29/12).

Menurutnya, secara nasional pandemi Covid-19 menyebabkan permintaan baja mengalami penurunan yang cukup signifikan. Konsumsi baja di Indonesia mencapai 5,9 juta ton di H1-20, menurun sebesar 18% dari tahun 2019 (y-o-y). “Dampak ke perseroan yaitu turunnya penjualannya baja hingga 30 persen pada kuartal II/2020. Penurunan tersebut karena banyak industri hilir baja yang tidak beroperasi, salah satunya dock perkapalan,” tambahnya.

Dalam rangka menghadapi dampak Covid-19, perseroan melakukan inisiatif strategis antara lain penerapan protokol Covid-19 di lingkungan kerja, menyediakan sistem remote working dan menyediakan rumah sakit rujukan untuk tindakan pengobatan. Terkait optimalisasi proses bisnis dengan manajemen rantai pasokan, perseroan memastikan stabilitas pasokan dari pemasok utama, optimalisasi pasokan slab untuk disesuaikan secara dinamis antara proyeksi permintaan dan perubahan indeks harga.

“Sebagai upaya peningkatkan pendapatan, kami melakukan komunkasi intensif dalam rangka menjaga industri baja nasional agar tidak dikuasai oleh asing. Dengan dukungan pemerintah, ijin impor baja dibatasi pada 2020. Kita berhap, pembatasan izin impor ini terus dilakukan pemerintah karena kita mampu memcukupi kebutuhan baja dalam negeri,” jelasnya.

Selain itu, perseroan juga melakukan upaya inisiatif efisiensi (cost reduction) di seluruh lini. Salah satunya implementasi harga gas alam sebesar 6 USD/MMBTU dari sebelumnya 8 USD/MMBTU bahkan ada yang 9 USD/MMBTU. Implementasi harga gas alam tersebut berpengaruh terhadap penurunan biaya energi dari USD23,7 juta menjadi USD13,9 juta atau turun 41 persen YoY.

‘”Penurunan biaya OPEX turun dari USD31 juta/bulan pada 2018 menjadi USD15 juta/bulan di 2020 atau turun 50 persen. Sedangkan laba kotor jika kita bandingkan 9 bulan 2019 dan 2020, naik dari USD57,7 juta menjadi USD112,4 juta. Untuk laba operasional dari minus USD90,1 juta menjadi USD72,7 juta. Begitu pula dengan EBITDA, dari semula minus USD 40,5 juta menjadi USD56 Juta,” jelasnya.

Krakatau Steel optimis kedepan kinerja perseroan akan semakin membaik dengan dukungan dari pemerintah dalam mengoptimalkan daya saing industri nasional dan tata niaga baja. Pemerintah menaruh perhatian agar industri baja dalam negeri bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

“Dalam dua tahun ini kita melakukan efisiensi biaya hingga 50 persen. Tidak mudah untuk mencapai 50 persen bagi perusahaan yang beromset besar dengan segala parameter. Namun kita sudah bisa melewati hal tersebut hingga akhir tahun. Efisiensi ini bisa memberikan dua manafat besar. Pertama daya saing, kita bisa menguasai market indonesia. Kedua, pencapaian laba,” jelasnya.

Bagikan:

#BUMN Award #BBMA Award
#Anugerah BUMN 2024
#BTN Persaingan Usaha  #3000 KPR Prabowo #Talenta BSI. #Pengelolaan sampah BNI. #Akad Masal KPR BTN

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.