Memimpikan BUMN Hebat dari Milenial
Peran Penting Millenial SDM Faktor (1)
Jakarta, Bumntrack.co.id – Ada perasaan haru dan bangga saat salah satu mantan bimbingan saya yang sudah kerja di salah satu BUMN mengabarkan via WhatsApps, bahwa ada 2 (dua) teman seangkatannya (fresh graduate) yang diterima menjadi pegawai baru di BUMN juga. Pemberi kabar gembira itu mbak Shobah Hidayatul Ilmi, alumni MB ITS yang masuk BUMN melalui jalur magang profesional mahasiswa selama 6 (enam) bulan, yang dikelola FHCI (Forum Human Capital Indonesia).
Menurut saya, jalur magang profesional BUMN ini sangat powerfull, karena mahasiswi seperti mbak Shobah ini bisa langsung praktek ilmunya sekaligus mengambil topik TA sesuai dengan permasalahan yang dihadapi perusahaan, dan juga sesuai dengan interes topik mereka.
Kedua orang lulusan baru yang diterima itupun juga tidak kalah hebatnya. Salah satunya adalah mbak Aprilia, anak Sidoarjo yang biasanya kalau ke kampus memakai laptop tebal dan seringkali hang. Meski demikian, mbak April ini kaya pengalaman dan lulus dengan predikat cum laude. Meski predikat akademiknya moncer, ia merupakan aktivis LAB BAS (Business Analytical and Strategy) tempat saya menjadi kalab-nya. Sebagai LAB yang cukup banyak network, LAB BAS menghasilkan beberapa konsep nasional, termasuk SMART AGRIBISNIS 4.0 dan BRIN, dan mbak April merupakan salah satu mahasiswa yang terlibat dalam pembuatan konsep nasional tersebut.
SO, bisa dibayangkan bahwa dengan kualifikasi SDM Millenial seperti ini, maka BUMN kedepannya, baik sebagai agen pembangunan nasional dan pillar kedua kontributor APBN akan semakin moncer dan professional.
Apa yang dilakukan FHCI sejak 2 (dua) tahun yang lalu perlu diacungkan dua jempol sebagai langkah strategis pengembangan talent manajemen di BUMN. Meskipun demikian, perlu juga penataan yang lebih baik dalam pengelolaan.
Sebagai PIC yang terlibat sejak awal dalam rekruitmen magang professional 6 (enam) bulan BUMN di ITS, saya mengamati bahwa ada BUMN yang sudah mampu menjadi mentor, dan berarti juga menjadikan mahasiswa sebagai mentee (orang yang dimentori), ada juga yang belum.
BUMN yang mengarahkan peserta magang untuk terlibat aktif dalam menyelesaikan problem riil di perusahaan tersebut mengindikasikan bahwa BUMN tersebut memiliki bagian HRD yang visoner, serta berjiwa corporate entrepreneur. Mereka mampu mengembangkan talenta talenta CUM LAUDE seperti mbak Shoba dan April ibaratnya menjadi mangga masak pohon.
Pentingnya magang profesional disampaikan oleh salah satu mahasiswa saya lainnya yang magang di anak perusahaan PJBS sbb: bila di ranah kuliah manajemen proyek mereka belajar mendesain WBS hanya 3 level dan 40 aktivitas, ditangan BUMN yang tepat mereka mampu menangani dan diberi akses WBS hingga 15 level dan 1000 aktivitas
Sementara itu, BUMN yang belum mampu menjadi mentor sebenarnya merefleksikan permasalahan kultur dan kepemimpinan yang kurang professional.
Tugas kementrian BUMN dalam penataan SDM kedepan adalah memetakan kualifikasi divisi HRD BUMN ini, mana yang masuk level professional, setengah professional, dan kurang professional. Masukan untuk pemetaan ini bisa berasal dari agregat peta yang dibuat oleh masing-masing PT, karena mereka sudah menyaring informasi ini dari alumni-alumni magang yang ada.
Untuk proses improvement, saya menyarankan ada 2 (dua) hal penting yang diperlukan agar BUMN semakin berkibar karena mampu menghasilkan talented leader bisnis kedepannya, pertama: merekrut orang pintar dan berbakat, kedua: menstandarkan kualitas divisi SDM BUMN, sehingga mampu menterjemahkan langkah strategis FHCI di level teknis dengan baik dan tepat. Bila salah satu diantaranya tidak seimbang, maka hal ini analog dampaknya dengan besar pasak daripada tiang.
Semoga kedepannya BUMN makin maju. Kasus GARUDA adalah salah satu hal yang sedikit mencoreng trust anak muda potensial untuk berkarir di BUMN. Meskipun demikian, masih banyak BUMN yang professional dan bisa menjadi role model millennial Indonesia untuk mempercayai BUMN sebagai tempat berkarir yang luaar biasaa.
Ditulis Oleh:
Dr.Ir.Arman Hakim Nasution, M.Eng
Manajemen Bisnis ITS