
Oleh: Prof. Roy Sembel, Pakar Investasi dan Keuangan IPMI Business School
Beredar banyak tayangan di medsos bahwa tahun 2023 akan menjadi tahun suram untuk ekonomi dan bisnis pada umumnya. Kita tidak perlu terlalu khawatir atas ramalan tersebut. Nyatanya, masih banyak berita baik yang terjadi tahun 2022 sebagai modal momentum pemulihan ekonomi dari krisis pandemi. Salah satu motor penggerak ekonomi di Indonesia yang dapat menjadi senjata untuk melawan krisis adalah BUMN.
Secara keseluruhan, perkembangan BUMN selama 2022 mengalami kenaikan. Kendati begitu, masih banyak opportunity yang belum dioptimalkan untuk bisa menaikkan kinerja BUMN. Pertama, masih banyak aset di internal yang dapat ditingatkan pemanfaatannya untuk meningkatkan bisnis.
Kedua, dari sisi eksternal BUMN, masih banyak kesempatan yang bisa dimanfaatkan lebih lanjut. Contoh,pemerintah sedang menggiatkan hilirisasi pada sektor pertambangan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah produk-produk pertambangan secara signiikan. Dengan produk hilir yang bagus maka nilai tambah yang terjadi akan jauh lebih tinggi.
Ketiga, kolaborasi antara sesama BUMN dengan memanfaatkan sinergi BUMN. Untuk mewujudkan hal tersebut, prosesnya perlu difasilitasi dalam bentuk forum kerja sama BUMN yang bersifat business oriented secara lebih intensif dan ekstensif, sehingga informasi potensi supply and demand bisa direalisasikan menjadi transaksi bisnis yang menguntungkan para pihak yang bersinergi.
Empat, memanfaatkan strategi ekosistem bisnis. Dalam konteks ini, BUMN yang memiliki produk atau jasa terkait dapat berkolaborasi merajut produk jasa yang dibutuhkan pasar, baik sesama BUMN ataupun non BUMN. Bila ada kerja sama dengan perusahaan non-BUMN, produk BUMN dan Non BUMN bisa dirajut sehingga layanannya lebih komprehensif.
Lima, pada tahun 2023 meski dunia terlihat masih ada guncangan ekonomi, tetapi justru ada opportunity. Dari sisi komoditas masih ada sisa-sisa windfall gain yang masih perlu ditingkatkan nilai tambahnya agar menjadi opportunity yang besar.
Enam, untuk sektor perbankan dan keuangan, sekarang banyak UMKM yang sudah mulai kembali berusaha sehingga kebutuhan pembiayaan untuk UMKM akan meningkat pesat. Kalau pada saat pandemi banyak UMKM yang tidak bisa bekerja, bisnisnya terganggu, sekarang mereka sudah mulai kembali berusaha. Sektor pariwisata telah mulai kembali pulih. Dampak positif lanjutannya, pembiayaan perbankan untuk UMKM yang sebelumnya tersendat, kini sudah kembali terbuka kesempatannya.
Untuk itu, BUMN harus tetap melakukan fungsi bisnis yang mendasar, misal, fungsi terkait keuangan, manajemen risiko, operasional, marketing dan human capital. Artinya, semua yang sudah menjadi standar harus dilakukan dan dioptimalkan.
Holding dan Digitalisasi
Isu berikutnya yang masih terus hangat adalah restrukturisasi dan holdingisasi BUMN. Salah satu manfaat holdingisasi adalah membuat kapasitas untuk financing menjadi lebih besar. Kalau sebelum holding masih aksesnya masih sendiri-sendiri dan di lingkup domestik, maka setelah bergabung dalam sebuah holding maka jangkauannya bisa berskala internasional. Akibatnya, BUMN bisa lebih leluasa mencari sumber-sumber pendanaan yang lebih efisien. Adanya holding juga membuat kerja sama antara BUMN terkait menjadi lebih terkoordinasi. Tambahan pula, BUMN-BUMN yang mempunyai produk atau jasa serupa bisa membuat platform bersama dan dipusatkan pada holding sebagai induk perusahaan. Oleh karena itu tantangan BUMN ke depan adalah bagaimana memanfaatkan holding tersebut.
Meski ekonomi global suram, namun peluang pembiayaan dalam negeri masih baik. Terbukti pada tahun 2022 bisnis BUMN masih mengalami pertumbuhan. Jadi meski global suram tetapi nyatanya di Indonesia tidak suram. Nilai ekspor dan surplus perdagangan mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah Ekonomi Indonensia. Begitu pula pada 2023, dengan argumetasi yang sama yakni adanya konflik perang, krisis pangan dan energi, ternyata ekonomi Indonesia masih mendapat windfall gain dari bisnis komoditas.
Terkait dengan sumber pendanaan dalam negeri, bagi BUMN masih terbuka, misal dengan melakukan initial public offering (IPO). Kita melihat pada saat pandemi masyarakat banyak yang memulai investasi portfolio. Ini menunjukkan ternyata masih banyak “uang tidur” di masyarakat. Terbukti pada saat pandemi “uang tidur” tersebut banyak bermunculan dan sekarang sudah menjadi uang yang beredar secara formal. Ini bisa dimanfaatkan BUMN melalui IPO saham.
Tentu tidak semua BUMN cocok untuk melakukan IPO. Perusahaan BUMN yang di-IPO-kan tersebut harus sudah benar-benar dipersiapkan. Wajib dipisahkan antara BUMN yang memberikan layanan publik atau dikenal dengan istilah public service obligation (PSO) dengan BUMN yang lebih berperan komersial. Sebaiknya, BUMN yang berfungsi komersial yang difokuskan untuk IPO. Kalau BUMN yang melayani publik di-IPO-kan dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan publik dan juga mengecewakan investor di pasar saham.
BUMN juga tengah melakukan digitalisasi. Dalam BUMN sendiri memiliki klaster yang berbeda-beda. Untuk BUMN perbankan, sudah pasti digitalisasi menjadi wajib dilakukan karena terkait langsung dengan perkembangan bisnisnya. Sementara BUMN lain bisa memulai digitalisasi dengan melakukan otomatisasi dan pemanfaatan untuk efisiensi internal. Setelah dirasakan cukup solid, barulah BUMN tersebut bisa mulai mencari bisnis lain dengan memanfaatkan peluang bisnis baru yang terbuka dalam era ekonomi digital.
Terkait penugasan negara kepada BUMN, perlu ada pemilahan dari sisi potensi komersialnya. Ada proyek yang wajib dikerjakan pemerintah tanpa harus melibatkan BUMN. Ada yang harus dikerjakan BUMN tapi perlu dibantu pemerintah. Sebagai contoh, dalam pembangunan jalan, urusan pembebasan lahan dibiayai pemerintah, sedangkan pengerjaan fisik ditangani BUMN. Ada pula proyek yang dikerjakan dengan pola public private partnership.
Penugasan yang bagus dari sisi komersial seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), pembangunan infrastruktur di lokasi yang layak komersial, wajar untuk terus dijalankan. Sebaliknya, ada penugasan berupa pembangunan fisik di lokasi yang secara komersial kurang bagus. Untuk itu pemerintah harus turun tangan. Kalaupun pemeritah menugaskan BUMN menggarap proyek penugasan seperti itu, maka harus ada subsidi yang jelas untuk BUMN tersebut. Bila tidak ada kesepakatan tersebut, proyek penugasan tersebut akan mengganggu kinerja dan Kesehatan bisnis BUMN itu.
Tahun 2023 tidak akan menjadi tahun yang mudah. Kita tetap perlu waspada namun tidak perlu panik. Masih ada banyak peluang yang bisa diraih asal kita semua tetap kerjakeras, kerjacerdas, kerjasama, kerja sepenuh hati, dan kerja tuntas. Selamat menyambut kesempatan dan mewaspadai tantangan di tahun 2023.