Siasat UMK Hadapi Kenaikan LPG Non Subsidi, Gencarkan Promosi dan Jaga Hubungan Baik dengan Pelanggan

E-Magazine Januari - Maret 2025

Jakarta, Bumntrack.co.id – Pelaku Usaha Mikro Kecil (UMK) punya seribu cara menyiasati berbagai faktor yang dapat menggoyahkan ladang usahanya. Salah satunya terkait kenaikan harga sejumlah bahan pokok dan bahan produksi para pelaku UMK termasuk produk LPG Non-Public Service Obligation (NPSO) atau Non Subsidi. Sehingga diharapkan mereka dapat terus survive dan menjadi UMK naik kelas.

Salah satu pelaku UMK yang turut merasakan imbas kenaikan LPG Non Subsidi Bright Gas adalah Matheus Susantyarto. Alih-alih mengeluh, dia justru merespon kondisi tersebut secara bijak. Tidak ada yang berubah dari segi kualitas dan kuantitas produknya, dia hanya memodifikasi proses pemasaran produknya saja.

“Siasat yang saya pakai untuk mengimbangi kondisi tersebut adalah dengan menggencarkan promosi untuk meningkatkan penjualan. Saya pun tidak menaikkan harga produk saya untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan. Serta akan tetap memakai LPG Non Subsidi dengan sejumlah keunggulannya dibanding LPG Subsidi,” kata Matheus Susantyarto dalam siaran pers Pertamina di Jakarta, Selasa (28/12).

Pemilik usaha Putra Abadi ini memproduksi aneka kuliner dan oleh-oleh khas Sumatera. Sehingga bahan bakar menjadi salah satu kebutuhan pokok agar produksinya tetap terus berjalan. Untuk itu, dia berharap siasatnya dapat berhasil dan menutupi margin laba yang didapatkan nantinya.

Selain itu juga ada Desy Lesmaya. Berbeda dengan Matheus, Desy justru menerapkan siasat dengan menaikkan harga produk Bakso Mas Untung yang dimilikinya. Dengan cara itu, dia berharap keuntungan yang dapatkan bisa menutup biaya produksi yang dikeluarkan.

“Saya akan selalu jelaskan ke pelanggan alasan kenapa harga bakso saya naik. Dengan komunikasi yang baik tersebut saya berharap pelanggan akan memahami dan tetap setia menjadi pelanggan saya. Sehingga saya tidak perlu memaksa untuk mengurangi porsi dan mempertahankan kualitas rasa bakso saya,” tuturnya.

Ketika ditanyai untuk pindah ke elpiji 3 kg, Desy belum berniat untuk itu. Sebab diakuinya, dengan menggunakan gas elpiji 12 kg saja, kedainya sudah bisa meraup untung. “Kalau pindah ke elpiji 3 kg saya rasa enggak ya. Karena dengan pakai gas ini kita juga sudah dapat untung kok. Yang penting usaha bisa jalan meski untung kecil dan tidak defisit,” tandasnya.

Bagikan:

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.