Strategi IAS 2025, Perkuat Fundamental Bisnis Hingga Meningkatkan Strategic Partnership

Direksi IAS mencoba salah satu alat GSE di Bandara Soekarno Hatta (Foto: Eka/BUMN TRACK)
E-Magazine November - Desember 2024

Jakarta, BUMN TRACK – Direktur Utama InJourney Aviation Services (IAS), Dendi Danianto mengungkapkan bahwa selama tahun pertama terbentuk, pihaknya fokus pada konsolidasi dan perkuatan fundamental bisnis.

“Selama setahun kami melakukan konsolidasi dan perkuatan fundamental bisnis. Ke depan, kami akan melakukan ekspansi bisnis. Beberapa strategi dilakukan untuk melayani pelanggan menjadi lebih baik sekaligus meningkatakan layanan yang efektif dan efisien,” kata Dirut IAS, Dendi Danianto saat meresmikan beberapa alat New Ground Support Equipment (GSE) di bandara Soekarno Hatta (Soetta) Tangerang, Kamis (9/1/25).

Selain itu, IAS akan meningkatkan strategic partnership dengan berbagai pihak. Pasalnya, sektor aviasi menyangkut berbagai macam pelanggan yang datang dari berbagai wilayah seperti pelanggan dari Eropa, Asia, China, ataupun Middle East.

Menurutnya, penambahan alat-alat GSE teknologi terbaru merupakan bagian dari ekspansi bisnis untuk mempermudah pergerakan pesawat, barang, maupun penumpang.

Pada tahap pertama, IAS meresmikan 70 unit GSE dengan 24 unit difokuskan di bandara Soetta (CGK). Alat-alat GSE tersebut seperti 9 Baggage Towing Tractor (7 di CGK), 22 Conveyor Belt Loader Towable (12 di CGK), 4 High Lift Loader (HLL) (4 di CGK), 3 A/C Towing Bar B737/A320 (1 di CGK), 1 Conveyor Belt Loader, 6 A/C Towing bar Embraer dan 25 Pallet Dollies.

Direncanakan akan ada penambahan alat GSE hingga 370 unit untuk seluruh Indonesia.

“Ada banyak GSE untuk tahun 2025. Saat ini kita resmikan 70 unit, nanti akan ada 80 unit pada tahap 2, dan 90 unit pada tahap 3. Untuk GSE, kita siapkan budget 50 persen dari capex karena IAS itu experience, bisa dirasakan ketika penanganan bagasi penumpang lebih cepat,” jelasnya.

Penambahan GSE mempertimbangkan performance aset, seimbang antara internal dan eksternal berbasis light on asset dalam pencatatan aset.

“Dulu, apa-apa beli, sekarang tidak seperti itu. karena kalau terlalu banyak aset bisa terjadi depresiasi. Oleh sebab itu, kita gabungkan internal dan external funding menjadi salah satu strategi, misalnya izaroh,” jelasnya.

Direktur Integrasi dan Portfolio IAS, Danny P Thaharsyah menambahkan bahwa IAS merupakan bisnis running behind. Artinya, bisnis IAS banyak yang tidak diketahui pengguna jasa secara langsung.

“Kami mensupport operasional bandara dan airline. Salah satunya kontribusi penanganan bagasi. Dulu membutuhkan waktu yang lama, standar first bag 20 menit dan last bag 40 menit hanya tercapai 25 persen. Sekarang sudah mencapai 80 persen. Itu terbukti pada periode Nataru kemarin. Artinya, standar 20-40 menit mampu kita penuhi hingga lebih dari 80 persen. Ke depan, kita akan terus kejar dengan menambah peralatan pendukung,” jelas Danny.

Dirinya berharap dengan penambahan peralatan bisa meningkatkan layanan bagasi penumpang menjadi lebih cepat, efektif dan efisien.

Selain itu, lanjutnya, IAS meningkatkan kualitas toilet. Dahulu toilet itu sering basah dan bau. Sekarang IAS memiliki standar toilet yang sama untuk 2.000 toilet di seluruh Indonesia yaitu bersih, lengkap, harum dan higienis.

“Alhamdulillah respon pengguna jasa bagus. Komplainnya sangat minim dan mendapat apresiasi,” terangnya.

Bagikan:

#BUMN Award #BBMA Award
#Anugerah BUMN 2024
#BTN Persaingan Usaha  #3000 KPR Prabowo #Talenta BSI. #Pengelolaan sampah BNI. #Akad Masal KPR BTN

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Ut elit tellus, luctus nec ullamcorper mattis, pulvinar dapibus leo.