Jakarta, BUMN TRACK – PT Sarana Multigriya Finansial atau SMF sebagai Liquidity Provider di sektor perumahan memainkan peran krusial dalam memastikan pasar pembiayaan perumahan tetap likuid, stabil, dan efisien.
Selain itu, SMF memiliki peran penting sebagai fiscal tools pemerintah dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Meskipun demikian, tingkat efisiensi operasional SMF sangat tinggi. Hal tersebut terbukti dengan nilai BOPO hanya 5,75 persen, jauh di bawah industri lainnya.
“SMF merupakan perusahaan yang sangat efisien. Itu terlihat dari BOPO hanya 5,74 persen. Kita hanya memiliki satu kantor di Jakarta dengan 112 pegawai,” kata Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo di Lampung, Minggu (29/9/24).
Untuk diketahui, BOPO merupakan kependekan dari Belanja Operasional terhadap Pendapatan Operasional. BOPO merupakan rasio yang menggambarkan efisiensi perbankan dalam melakukan kegiatannya.
Belanja operasional adalah biaya bunga yang diberikan pada nasabah sedangkan pendapatan operasional adalah bunga yang didapatkan dari nasabah. Semakin kecil nilai BOPO artinya semakin efisien perbankan dalam beroperasi.
Sebagai perbandingan, BOPO Pegadaian di angka 66,10 persen, kemudian PT Bank Central Asia (BCA) mencatatkan penurunan rasio BOPO menjadi 43,76 persen terendah dibanding perbankan lainnya.
Selain itu, SMF juga mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang positif. Pada Semester I Tahun 2024, SMF mencatatkan pertumbuhan aset menjadi Rp51,82 triliun, meningkat 13% dari Rp45,70 triliun pada akhir 2023.
Laba bersih juga mencatatkan pertumbuhan positif, mencapai Rp285 miliar, lebih tinggi 17% dibandingkan pencapaian Juni 2023 (year on year) yang sebesar Rp243 miliar. Peningkatan ini mencerminkan kinerja yang solid di tengah tantangan ekonomi.