Waskita Karya Resmi Restrukturisasi Utang Rp26,3 Triliun dengan 21 Bank
Jakarta, BUMN TRACK – PT Waskita Karya (Persero) Tbk melakukan penandatanganan Master Restructuring Agreement (MRA) dengan 21 perbankan Himbara dan swasta pada Jumat (6/9/2024).
Perseroan telah mendapat persetujuan dari 21 kreditur perbankan terkait penyempurnaan atas MRA 2021 dengan nilai outstanding sebesar Rp26,3 triliun.
Pada kesempatan yang sama pula, Waskita Karya juga berhasil mendapat persetujuan terkait Pokok Perubahan Perjanjian fasilitas Kredit Modal Kerja Penjaminan (KMKP) yang dilakukan oleh lima kreditur perbankan dengan nilai outstanding sebesar Rp5,2 triliun.
Acara penandatanganan ini disaksikan langsung oleh Menteri BUMN Erick Thohir dan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo. Acara ini dihadiri juga oleh pejabat dari Kementerian Keuangan dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta seluruh kreditur bank Himbara dan bank swasta, jajaran Direksi Waskita Karya.
Menteri BUMN, Erick Thohir mengapresiasi upaya restrukturisasi Waskita Karya. Menurutnya kerja keras perseroan selama dua tahun terakhir membuahkan hasil yang signifikan.
“Tentu kerja keras dua tahun hari ini terbukti bahwa kita berhasil untuk restrukturisasi. Saya ucapkan terima kasih kepada para bank yang men-support, kita bisa lihat tadi tidak hanya dari bank BUMN, ada bank swasta, bahkan bank internasional yang percaya bahwa kinerja kami di Kementerian BUMN terus membaik,” ujar Erick dalam konferensi pers di Menara Danareksa, Jakarta, Jumat (6/9/2024).
Direktur Utama Waskita Karya Muhammad Hanugroho mengatakan, perusahaan menargetkan restrukturisasi mulai efektif pada September 2024. Setelah restrukturisasi efektif, artinya perusahaan bisa mendapatkan kestabilan finansial yang lebih kuat.
“Kami berharap setelah penandatanganan itu dilakukan, perseroan dapat mencapai kestabilan keuangan dan dapat fokus melanjutkan program transformasi. Hal ini demi mewujudkan fundamental yang kuat dan menjalankan bisnis secara berkelanjutan,” ujar Dirut Waskita Karya Muhammad Nugroho.
Dirinya menambahkan, persetujuan restrukturisasi perusahaan menjadi titik penting dalam akselerasi laju penyehatan perseroan. Dengan begitu, Waskita Karya dapat fokus menyelesaikan proyek-proyek yang saat ini tengah dikerjakan.
Waskita Karya, jelasnya, merupakan perusahaan kontraktor yang sudah lama berkontribusi signifikan terhadap pembangunan infrastruktur di Indonesia. Dalam 10 tahun terakhir, perseroan telah menyelesaikan pembangunan 118 gedung, 47 jalan tol, 20 jalan nasional, 16 jembatan, 12 bendungan, setrta 24 infrastruktur lainnya.
Melihat kondisi perseroan saat ini, Oho melanjutkan, manajemen Waskita berkomitmen mengembalikan Waskita ke core business atau bisnis intinya sebagai kontraktor murni. Perusahaan pun akan fokus memaksimalkan kapabilitas, pengalaman, dan keahliannya untuk mengerjakan proyek jalan, jembatan, gedung, infrastruktur, air, dan lainnya.
Selain itu, Waskita Karya berkomitmen terus memperkuat tata kelola perusahaan lewat penguatan di sisi Governance, Risk, dan Compliance (GRC). Termasuk mengedepankan integritas, akuntabilitas, dan transparansi.
Penguatan tersebut juga dilakukan dengan membentuk sejumlah komite untuk melakukan profiling proyek rendah risiko yang memiliki uang muka berskema pembayaran monthly payment. Perseroan pun memastikan kegiatan operasional sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku.
“Waskita turut melakukan langkah-langkah perbaikan melalui strategi 8 Stream Penyehatan Keuangan secara komprehensif dan berkelanjutan. Di antaranya melakukan sentralisasi procurement, engineering dan lean construction pada proyek-proyek yang sedang berjalan serta melakukan optimalisasi main power planning yang menyesuaikan dengan kinerja perusahaan, kegiatan operasional berbasis digital untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas perseroan,” tutur Oho.
Ia menuturkan, ke depannya perseroan akan fokus pula pada divestasi untuk menurunkan kewajiban. Disebutkan, kini Waskita masih memiliki 10 ruas tol dalam grup usaha Waskita Toll Road.
“Waskita optimis dengan dukungan dari berbagai pihak terkait melakukan Divestasi atas sisa ruas Tol yang masih dimiliki Waskita. Proses Divestasi ini menjadi kunci dalam menurunkan kewajiban perusahaan,” jelas dia.
Berbagai upaya Waskita Karya sejalan dengan lima tahun kepemimpinan Menteri BUMN Erick Thohir yang terus mendorong transformasi BUMN. Tujuannya agar seluruh perusahaan milik negara termasuk Waskita Karya memiliki bisnis yang lebih berkelanjutan.
Perlu diketahui, Kinerja keuangan perseroan pada kuartal II 2024, Waskita Karya mengantongi pendapatan sebesar Rp4,47 triliun. Pendapatan itu ditopang dari jasa konstruksi sebesar Rp3,12 triliun. Ada pula penjualan beton atau precast yang berkontribusi sebesar Rp610,96 miliar terhadap pendapatan Perseroan. Kemudian ditambah oleh pendapatan jalan tol yang mencapai Rp563,34 miliar.
Selanjutnya, kinerja Gross Profit Margin (GPM) perusahaan naik menjadi 13,3 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dari sebelumnya sebesar 8,8 persen. Dijelaskan, kenaikan itu seiring profil proyek yang lebih baik terutama proyek Ibu Kota Nusantara (IKN), sehingga mendukung optimalisasi kemajuan konstruksi dan lean project. Ada 12 proyek IKN yang dikerjakan Waskita, nilai kontraknya sebesar Rp7,7 triliun.