
Jakarta, BUMN TRACK – PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) memahami keluhan pelaku usaha logistik terkait tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC) yang dianggap terlalu tinggi. Terkait hal tersebut, SPSL membuka ruang dialog dengan pelaku industri logistik untuk mencari solusi terbaik.
Bahkan untuk memastikan kebijakan tarif yang diterapkan mendukung efisiensi dan keberlanjutan sektor logistik di Indonesia, PT SPSL terus berkomunikasi dengan pemerintah, khususnya Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Demikian diungkapkan Direktur Utama PT SPSL, Joko Noerhudha dalam pertemuan dengan wartawan di Jakarta (10/12/2024).
Pernyataan Joko tersebut menanggapi keluhan kalangan pelaku industri logistik yang menilai tarif tol Cibitung-Cilincing terlalu mahal. Ia menjelaskan, penetapan tarif tol sepenuhnya merupakan kewenangan BPJT berdasarkan kajian komprehensif diantaranya biaya pembangunan, pemeliharaan, serta dampak terhadap sektor terkait.
“Kami ingin memastikan kebijakan ini tidak hanya berfokus pada aspek biaya, namun juga pada keberlanjutan sektor logistik secara keseluruhan,” katanya.
Dialog terkait tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing tersebut penting agar lebih banyak pelaku logistik yang bersedia memanfaatkan jaln tersebut sehingg dapat meningkatkan efisiensi dan kelancaran distribusi barang. Selain itu, dengan tarif yang lebih kompetitif, jalan tol ini dapat berkontribusi lebih besar dalam meningkatkan daya saing sektor logistik nasional dan mendukung perekonomian Indonesia.
Joko juga merespons pertanyaan wartawan terkait kemungkinan divestasi Jalan Tol Cibitung-Cilincing. Ia mengatakan, divestasi bisa menjadi pilihan apabila ada pihak yang tertarik dengan angka yang menguntungkan. “Jika ada yang tertarik dengan angka yang bagus, silakan. Ini kan sifatnya masih opsi-opsi,” ujarnya.
Sebelumnya kalangan pengusaha logistik sempat mendesak pemerintah dan operator jalan tol untuk segera mengevaluasi tarif Jalan Tol Cibitung-Cilincing (JTCC) yang dinilai terlalu tinggi. Tujuan evaluasi tarif tersebut agar keberadaan jalan tol yang terhubung dengan Jakarta Outer Ring Road (JORR) 2 tersebut agar pelaku industri logistik bisa menggunakan tol tersebut secara optimal sekaligus membantu meningkatkan efisiensi logistik nasional.
Bahkan Senior Consultant Supply Chain Indonesia (SCI), Sugi Purnoto sempat merespons tingginya tarif jalan tol Cibitung –Cilincing sehingga tol tersebut kurang diminati pelaku usaha transportasi dan logistik. “Tarif tol Cibitung-Cilincing yang berlaku saat ini terlalu tinggi, bahkan lebih mahal hingga 50 persen dibandingkan jalan tol eksisting seperti Japek atau jalan arteri. Hal ini membuat banyak pelaku logistik enggan menggunakan tol tersebut,” ujar Sugi yang dikutip InfoPublik, (7/12/2024).
Menurut Sugi, tarif yang kompetitif sangat penting untuk mendorong efisiensi logistik, yang juga merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam meningkatkan daya saing sektor logistik di Indonesia. Bila tarif tol JTCC lebih kompetitif, efisiensi logistik bisa meningkat hingga 50 persen. “Diperkirakan pelaku logistik akan lebih berminat menggunakan JTCC jika tarifnya setara dengan tarif Tol JORR 2, atau setidaknya turun sekitar 60 persen dari tarif saat ini,” jelas Sugi.
Keberadaan Jalan Tol Cibitung-Cilincing tersebut sebenarnya strtegis dan diminati pelaku usaha logistik karena menghubungkan kawasan logistik dengan pelabuhan. Adanya tol tersebut dapat mengurangi waktu tempuh, biaya operasional, dan risiko kecelakaan yang lebih rendah. Hanya saja, tingginya tarif tol membuat banyak pengusaha logistik lebih memilih untuk menggunakan rute tol lain yang lebih murah. Jalan Tol Cibitung-Cilincing hanya digunakan sebagai alternatif dalam kondisi darurat, yang tentu saja mengurangi potensi efisiensi waktu dan kelancaran distribusi logistik.
Senada dengan Joko, SCI juga berharap adanya dialog bersama antara operator tol, pemerintah, dan pelaku logistik untuk mencari solusi terbaik terkait tarif JTCC. Bila tarif JTCC turun akan meningkatkan minat pengguna, yang pada akhirnya dapat berdampak pada peningkatan pendapatan jalan tol tersebut serta mendukung kelancaran dan efisiensi logistik. (*)