Bumntrack.co.id. Jakarta – Berbisnis tak melulu harus terencana dengan sistematis. Tak dinyana beberapa pengusaha sukses yang menggeluti bisnisnya berawal dari keisengan. Seperti bisnis kerupuk Daun Bambu, milik Ibad Badriah. Perempuan 43 tahun ini merupakan ketua kelompok wanita Motekar klaster usaha kerupuk Daun Bambu, di kampung Tangan-Tangan RT 02, Desa Bongas, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat.
Akrab di panggil Ibad, perempuan asal Cililin ini mengungkapkan awalnya iseng membuat kerupuk yang berbahan dasar daun bambu. Karena sebelumnya dia sering membuat kerupuk jenis lain, namun akhirnya dia terinspirasi mencampurkan daun bambu. Sebab daun bambu di sekitarnya sangat melimpah. Kemudian, dia bertemu dengan salah satu teman yang merupakan pengusaha bambu. Temannya tersebut mendukung Ibad untuk mengembangkan usaha kerupuk daun bambu, karena menurutnya menarik dan unik.
Berkat dukungan dari sang teman, Ibad akhirnya melakukan uji coba membuat kerupuk daun bambu. Setelah beberapa kali mencoba, memberanikan diri memberikan tester kerupuk tersebut kepada orang-orang sekitar.
“Saya bikin dulu tester sample, terus saya cobain ke teman-teman. Mereka bilang kerupuknya enak. Nah, sebelumnya saya membuat kerupuk daun bambu ini pakai ampasnya, cuma nggak cocok. Terus pake sari daun bambu dan cocok,” ujar Ibad dalam siaran pers BRI di Jakarta, Selasa (3/1/22).
Dari 1 kg bahan baku sari daun bambu hanya dipakai untuk 2 kg tepung kanji. Tujuannya agar aroma daun bambu lebih terasa. Seiring berjalannya waktu dan dukungan dari teman-teman serta keluarga, akhirnya Ibad memberanikan diri membuka usaha kerupuk daun bambu.
Ibad tak ingin sukses sendiri, perempuan ini merangkul ibu-ibu di sekitar agar mereka mendapatkan penghasilan dan bisa mandiri dan tak bergantung dari penghasilan suami. Pada tahun 2021, kelompok Wanita Motekar klaster usaha kerupuk daun bambu resmi berdiri.
Meskipun produksi usaha kerupuk daun bambu masih sedikit, tapi setidaknya, kata Ibad, para ibu-ibu itu bisa mendapatkan penghasilan walaupun masih rendah. Selain itu, ibu-ibu tersebut menjadi lebih produktif.
Bisnis Ibad akhirnya memiliki peluang berkembang. Dia mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 50 juta dari BRI. Kebetulan, Ibad memang sudah menjadi nasabah BRI sejak 2018.
Dalam proses menjalankan usaha memang tidak mudah, selalu ada kerikil kecil jadi penghalang. Diantaranya, ada yang mengejek produk kerupuk daun bambu milik kelompok usaha Ibad. Sebab, masih tergolong langka kerupuk yang berbahan dasar daun bambu.
Setelah produk kerupuk daun bambunya dikenal masyarakat, Kelompok Wanita Motekar klaster usaha kerupuk daun bambu kembali mendapatkan bantuan dari BRI. Kali ini berupa peralatan produksi dengan nominal Rp 70 juta. “Mulai dikenal, saya dapat bantuan dari BRI, berupa peralatan Rp 70 juta,” ujarnya.
Bersyukur, berkat bantuan dari BRI, pihaknya bisa memproduksi kerupuk daun bambu lebih banyak lagi. Meski masih ada penghalang lain yakni lokasi produksi. Selama ini produksi masih dilakukan di rumah pribadi milik Ibad.
Tak sebatas bantuan dana dan peralatan, kelompok usaha Ibad juga sering mendapatkan pelatihan dari BRI mengenai pengemasan produk dan pemasaran. Ke depan, Ibad berharap bisa meningkatkan produksi dan pemasaran kerupuk daun bambu kelolaannya.