KOLOM PAKAR

Kepemimpinan Transformasi Digital Dan Inovasi BUMN

Oleh: Aditayani Indra K

Direktur Eksekutif  Sekolah Tinggi Manajemen PPM

Saat ini BUMN sedang menghadapi tiga tantangan strategis: mengakselerasi transformasi digital, meningkatkan inovasi, dan mempercepat pemulihan keuangan dari dampak pandemi COVID-19. Ketiganya bukan hanya terjadi secara bersamaan, tetapi juga saling terkait. Transformasi digital yang telah dicanangkan sejak lima tahun lalu, terasa masih berjalan lambat. Inovasi menjadi kurang optimal karena penguasaan teknologi digital yang lamban.

Sementara itu, pandemi COVID-19 yang datang tiba-tiba, di satu sisi mendorong proses transformasi digital melalui ‘penggunaan paksa’ teknologi digital, di sisi lain menghambat inovasi karena pengalihan anggaran untuk menghadapi krisis akibat pandemi.

Bagaimana agar BUMN dapat mengatasi ketiga tantangan tersebut? Jawabannya adalah kepemimpinan.

Pentingnya Transformasi Digital dan Inovasi

Transformasi digital adalah proses peralihan perusahaan yang bekerja dengan sistem konvensional ke sistem digital. Sistem di sini tidak hanya mengacu pada sistem kerja, tetapi sistem menyeluruh termasuk pola pikir orang, budaya, dan proses bisnisnya.

Kementerian BUMN terus mendorong untuk BUMN untuk melakukan transformasi digital. Upaya ini bukan tanpa alasan. Lingkungan bisnis telah berubah, teknologi berubah, dan masyarakat juga berubah menuju digital. Melalui transformasi digital diharapkan seluruh pelayanan BUMN mudah diterima masyarakat, dan juga dapat menciptakan efisiensi.

Mengapa proses transformasi digital BUMN perlu diakselerasi?  Tidak sedikit BUMN merupakan perusahaan legacy yang konvensional. Sebagian orang di dalamnya, bahkan pemimpinnya masih memiliki pola pikir lama. Sering terjadi, pemimpin berpikir bahwa transformasi digital adalah sekedar mengadopsi teknologi digital. Padahal, transformasi digital hanya dapat meningkatkan kinerja organisasi, apabila dipandu oleh strategi bisnis yang lebih luas.

Transformasi digital juga tidak bisa dijalankan terburu-buru dengan langsung mengadopsi teknologinya. Transformasi digital yang sukses diawali dengan mengubah pola pikir, budaya, dan proses organisasi. Dengan kata lain, transformasi digital harus didahului dengan transformasi orangnya agar siap bekerja dengan teknologi digital yang diadopsi.

Inovasi adalah kemampuan untuk menanggapi perubahan dan mengeksploitasinya menjadi peluang. Inovasi bukan sekedar menciptakan produk baru, atau proses-proses baru, tetapi juga bisnis baru. Inovasi proses dan bisnis yang berhasil akan membawa keuntungan strategis bagi perusahaan. Agar organisasi menjadi inovatif, diperlukan proses yang terarah dan terorganisir yang memungkinkannya mencari perubahan dan menganalisis peluang.

Ada dua faktor untuk menjadikan inovasi sebagai bagian dari upaya mencapai tujuan strategis perusahaan. Pertama, harus dapat dipastikan bahwa investasi yang dibutuhkan dapat memberikan pengembalian yang signifikan. Kedua, inovasi harus sejalan dengan tujuan strategis perusahaan. Inovasi tanpa tujuanyang jelas, akan berdampak buruk pada kinerja perusahaan secara keseluruhan.

Peran Pemimpin

Kementerian BUMN telah menyadari pentingnya peran pemimpin dalam transformasi digital maupun inovasi. Setiap upaya transformasi selalu datang dari pimpinan puncak (top down). Oleh karenanya, penting bagi perusahaan yang hendak melakukan transformasi digital untuk memastikan pemimpinnya telah memiliki digital mindset, berupa seperangkat sikap, perilaku, dan keyakinan yang dipegang oleh orang atau sekelompok orang yang memengaruhi rasa ingin tahu tentang teknologi digital yang mendisrupsi dalam suatu organisasi.

Aspek kepemimpinan  dalam transformasi digital yang paling menantang bukanlah membuat pilihan alokasi sumber daya, tetapi memastikan bahwa organisasi mampu melakukan eksekusi secara efektif. Kemampuan eksekusi ini ditentukan oleh kecepatan dan skala perubahan yang ditetapkan oleh pemimpin. Oleh karena itu, transformasi digital membutuhkan pemimpin yang memiliki kepercayaan diri, bersedia dan memiliki kemampuan menyelesaikan masalah serta mampu mengenali risiko-risiko kegagalan.

Bagaimana peran pemimpin dalam inovasi? Kepemimpinan dalam bisnis adalah kepemimpinan inovasi. Kepemimpinan inovasi merupakan gaya kepemimpinan untuk mempengaruhi karyawan untuk menghasilkan ide, produk dan layanan kreatif. Para pemimpin inovasi dapat menemukan cara terbaik untuk membangun kapasitas dari “business as usual” menjadi organisasi yang berkinerja tinggi.

Dalam proses penjurian ANUGERAH BUMN 2023, saya berkesempatan menilik kiprah para CEO BUMN yang sukses menjalankan akselerasi transformasi digital serta menghasilkan inovasi.  Secara umum, mereka mampu mendorong, memelihara, dan mempertahankan inovasi berjalan di organisasi. Mereka juga mampu mengeksekusi budaya serta mampu melibatkan tim kerjanya untuk mendukung serangkaian proses, standar, dan pengukuran yang sama.

Mereka membawa karyawan memahami perbaikan yang diperlukan, membangun budaya yang kuat dalam mengutamakan pelanggan serta meningkatkan kinerja dengan keberanian bereksperimen dengan cara yang tidak biasa.

Terdapat tiga karakteristik yang menonjol para CEO yang berhasil mengakselerasi transformasi digital dan meningkatkan inovasi di perusahaannya:

Pertama, mereka mampu menjaga fokus organisasi. Para CEO ini mampu menetapkan tujuan bersama dan langkah yang harus dijalankan secara jelas dan bisa dipahami, serta mampu mengarahkan cara menjalankannya. Mereka juga mampu menjadi pemimpin yang menginspirasi dan menciptakan keinginan bersama untuk menutup kesenjangan antara kinerja hari ini dan mencapai sasaran kinerja.

Kedua, mereka mampu mengembangkan kepemimpinan yang tangguh di organisasi. Para CEO mampu membangun lini pemimpin dan manajer yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan perusahaan dan bersedia menjalankan arahan. Mereka melakukan perubahan perilaku sesuai dengan nilai-nilai perusahaan sekaligus membangun nilai nilai baru dalam organisasi.

Ketiga, mereka mampu membangun organisasi yang tangguh dalam menghadapi dan merespons perubahan. Ketangguhan dibangun dengan budaya positif yang melibatkan semua pihak. CEO menggunakan berbagi cara dan strategi, terbuka pada perubahan serta bersedia belajar dan bereksperimen. Mereka fokus kepada pelanggannya,  dan memiliki insting untuk cepat menyesuaikan dengan tuntutan perubahan.

Memang, tidak ada rute yang mudah untuk menghasilkan kepemimpinan yang efektif dalam transformasi digital dan inovasi. Tetapi itu bukan berarti mustahil. Para pemimpin harus memiliki kerangka berpikir yang jelas. Pada saat yang sama, mereka juga membantu orang dalam organisasinya bisa bekerja dalam tim secara koheren dan kolaboratif dengan pemahaman bersama.

Para pemimpin harus mengembangkan standar proses, perilaku, praktik aktivitas, dan pengukuran agar lebih efektif dalam memilih strategi digital dan menjalankan inovasi yang tepat sasaran. Lagi pula, penghalang terbesar keberhasilan transformasi digital bukanlah teknologi, melainkan organisasi.

Artikel Terkait

Back to top button