Pasca Merger, Kinerja Pelindo Regional 4 Kian Moncer
Bumntrack.co.id. Jakarta – PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 4 optimistis akan terus terjadi peningkatan kinerja Perseroan pasca merger yang dilakukan pada 1 Oktober 2021 lalu. Pasca merger beberapa cabang di Regional 4 secara bertahap melakukan kerja sama dengan subholding yang dibentuk setelah Pelindo bergabung.
“Dari 26 cabang yang ada di Regional 4, sejak Januari tahun ini secara bertahap mulai bergabung dengan subholding yang ada, yakni Subholding Pelindo Jasa Maritim (SPJM), Subholding Pelindo Multi Terminal (SPMT), Subholding Pelindo Terminal Petikemas (SPTP), dan Subholding Pelindo Solusi Logistik (SPSL) serta anak perusahaan PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKT),” terang Regional Head 4 Pelindo, Enriany Muis dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat (9/9/22).
Melalui kerja sama tersebut, terjadi beberapa perubahan kinerja karena dengan dikerjasama operasikan dengan subholding maka proses bisnisnya menjadi lebih fokus. Misalnya cabang yang tadinya menangani beberapa segmen jasa kepelabuhanan yaitu peti kemas, non peti kemas, penumpang dan lain-lain, setelah kerja sama dengan subholding bisa lebih terarah dan fokus, serta bisa lebih optimal kinerjanya dibandingkan pada saat hanya ditangani oleh satu unit kerja atau cabang
Misalnya, Pelabuhan Utama Makassar yang setelah diserah terima operasi (STO) oleh SPMT mengalami peningkatan kinerja yang cukup signifikan. “Untuk curah kering yang ketika ditangani Cabang Makassar, kinerjanya hanya 2.000 sampai 2.500 ton per hari, namun setelah dikelola oleh subholding, kini meningkat jadi 5.000 hingga 6.000 ton perhari. Jadi fungsi Cabang Makassar tetap sebagai pemilik aset. Kemudian semua kebijakan juga dikeluarkan oleh Cabang Makassar seperti penetapan tarif, kerja sama, dan lain sebagainya. Jadi subholdingnya tetap melakukan koordinasi dan Cabang Makassar berhak untuk memberikan evaluasi. Jadi sebagai pemilik aset, fungsi cabang adalah untuk memonitor dan mengevaluasi kegiatan subholding yang bekerja di wilayahnya,” beber Regional Head 4.
Pasca merger Pelindo Regional 4 juga fokus pada implementasi change management yang bertujuan pada standar nasional dengan berdasarkan pada planning dan controlling serta kerja sama dengan subholding.
Hal itu menurut dia juga berdampak pada kinerja pelabuhan. “Contohnya saat ini di Pelabuhan Ambon, yang tadinya port stay-nya 3 hari, kini berkurang menjadi hanya 1 ½ hari. Kemudian juga di Cabang Makassar, sebelumnya port stay-nya 2 hari, saat ini menjadi hanya 1 hari dan di Cabang Tolitoli dari 3 hari menjadi 2 hari,” jelasnya.
Selain itu untuk optimalisasi operasional di semua pelabuhan yang dikelola Pelindo Regional 4, beberapa hal yang dilakukan adalah optimalisasi aset. “Jadi aset-aset yang mungkin idle, yang kurang efektif pada suatu cabang, bisa dialokasikan ke cabang lain. Bukan hanya cabang yang berada di Regional 4 saja, tapi semua cabang lingkup Pelindo. Itulah untungnya kita [Pelindo] bersatu. Harapannya, aset-aset yang idle tersebut bisa lebih optimal pemanfaatannya di seluruh pelabuhan di wilayah Pelindo,” tuturnya.
Selain fokus, change management yang dilakukan pasca merger adalah standarisasi pelayanan. Selanjutnya terkait change management yang tidak kalah penting dilakukan adalah digitalisasi.
“Semua itu akan berjalan dengan cepat dan lebih efisien dengan adanya digitalisasi, termasuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang bekerja di masing-masing pelabuhan. Kami juga konsen untuk meningkatkan kualitas dengan mengikutsertakan pada pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensi dibidang kepelabuhanan,” tambahnya.
Adapun implementasi digitalisasi yang dilakukan yaitu penerapan aplikasi untuk pelayanan kapal yaitu Phinisi yang sedang dikembangkan oleh Head Office (HO) dan nantinya akan digunakan secara seragam di seluruh pelabuhan di Indonesia.
“Implementasi digitalisasi lainnya yang sudah dilakukan di Regional 4, misalnya di Cabang Makassar dan 11 cabang lainnya yaitu sistem autogate di pintu masuk pelabuhan. Selain untuk mengurangi kontak langsung juga untuk transparansi dan meminimalisir sebisa mungkin tidak ada lagi pungutan liar atau pungli di pelabuhan,” tutupnya.