Proyek NPK, Transformasi Bisnis Pupuk Indonesia
Jakarta, Bumntrack.co.id – PT Pupuk Indonesia (Persero) sebagai Holding BUMN Pupuk sejak 2018 telah mencanangkan program transformasi bisnis sebagai upaya bersiap diri menghadapi persaingan di masa mendatang. Transformasi tersebut menghasilkan operasional yang lebih efisien, diversifikasi produk serta sinergitas Pupuk Indonesia Grup.
“Ke depan kami juga semakin fokus kepada bisnis-bisnis anak perusahaan yang bergerak di bidang non pupuk sehingga dapat lebih berkontribusi terhadap kinerja holding,” kata Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero), Aas Asikin Idat di Jakarta, Jumat (3/4).
Salah satu program transformasi bisnis adalah adalah pembangunan pabrik-pabrik NPK baru sebagai wujud upaya Perusahaan untuk lebih fokus pada produk non urea. Proyek ini telah ditandai dengan pembangunan pabrik NPK Fusion II di PT Pusri Palembang dan Pabrik NPK Chemical di PT Pupuk Iskandar Muda (PIM).
“Perkembangan terbarunya, PT Pusri Palembang, telah mengoperasikan Pabrik NPK Fusion II dengan kapasitas produksi sebesar 2 x 100.000 Metric Ton Per Year (MTPY). Sedangkan Pabrik NPK Chemical PT PIM yang memiliki kapasitas 500.000 MTPY tersebut ditargetkan dapat rampung pada pertengahan tahun 2021,” jelasnya.
Pabrik NPK Fusion II ini dibangun sebagai upaya diversifikasi usaha produk pupuk majemuk yang mengandung unsur Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Diharapkan beroperasinya Pabrik ini dapat meningkatkan market share, mengingat makin tingginya tren permintaan pasar dalam negeri dan ekspor. Kehadiran pabrik NPK Fusion II juga sejalan dengan program kerja Pupuk Indonesia untuk lebih fokus pada lini produk pupuk majemuk yang telah terbukti memiliki produktivitas lebih dibanding pupuk tunggal dan juga untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan baku gas.
Secara Kinerja keuangan konsolidasi, Pupuk Indonesia mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang positif. Pendapatan usaha bergerak fluktuatif namun tetap dalam tren yang bagus, dimana pada 2015 pendapatan perusahaan mencapai Rp66,2 Triliun, sebesar Rp64,1 Triliun pada 2016, Rp58,9 Triliun pada 2017, Rp69,4 Triliun dan Rp71,2 Triliun pada 2019,” terangnya.
Nilai aset perusahaan tercatat terus tumbuh sejak tahun 2015 yang berada pada Rp91,8 Triliun, menjadi Rp138 Triliun pada 2018 dan kembali tumbuh pada 2019 menjadi Rp135 Triliun.