KOLOM PAKARLENSA

SARINAH FASHION WEEK

Oleh Akhmad Kusaeni

Di sekitar stasiun kereta api Dukuh Atas, Jakarta Pusat, ada banyak remaja yang berpakaian modis seronok berlalu lalang menarik perhatian pejalan kaki. Itu mengingatkan orang akan kawasan Street Fashion di Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo, Jepang.

                Pelancong yang datang ke Negeri Sakura jarang yang melewatkan kunjungan ke distrik Harajuku yang terkenal menjadi tempat para millenial berekspresi melalui gaya berpakaian, gaya dandanan, make up wajah dan potongan rambut yang dicat warna warni. Persis seperti penampilan karakter pada Manga atau komik-komik Jepang.

                Zebra cross di perempatan jalan kerap diubah menjadi semacam catwalk tempat anak-anak belasan tahun itu berlenggak lenggok bak peragawan dan peragawati. Mereka dengan penuh percaya diri memamerkan diri dan penampilannya. Jika lelah, mereka bisa ngaso dan ngopi di cafe. Jika lapar bisa makan sate ayam khas Jepang Yakitori di kedai kanan kiri jalan.

                Jika aksesoris penampilan dirasa kurang, mereka bisa mampir membeli anting, gelang, bulu mata, lipstik, kacamata hitam atau topi di Daiso, toko yang menjual dengan harga sama semua barang. Murah meriah. Semua item 100 Yen (sekitar Rp11.000)

                Suasana mirip-mirip Harajuku itu belakangan ini ada juga di Jakarta, yakni di kawasan stasiun Dukuh Atas-Jalan Sudirman. Remaja-remaja dari kawasan pinggiran Jakarta seperti Citayam, Bojong Gede dan Depok ramai-ramai datang ke Jalan Sudirman menggunakan kereta api yang tiketnya sangat terjangkau cuma Rp4.000.

                Publik kemudian memberi nama anak-anak baru gede asal daerah satelit Jakarta itu sebagai anak-anak SCBD. Bukan Sudirman Central Business District, tapi Sudirman-Citayam-Bojong Gede-Depok. Mereka berpakaian tak kalah stylish dengan anak-anak muda Jepang di Harajuku.  Itu sebabnya publik menamakannya sebagai Citayam Fashion Week setelah fenomena itu viral di media sosial.

                Kehebohan Citayam Fashion Week menuai pro-kontra. Politisi memanfaatkan fenomena baru yang lagi trending itu untuk mendongkrak popularitasnya. Tercatat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil melintas di Zebra Cross Dukuh Atas dan mengunggah fotonya di akun Instragramnya. Artis dan selebritis juga ikut-ikutan meramaikan kawasan Dukuh Atas.

                Ada juga yang tidak suka dan nyinyir. Citayam Fashion Week dinilai bukan contoh bagus untuk generasi muda karena gaya berbusana mereka terlalu bebas dan melanggar sopan santun ke-Timur-an. Bahkan ada yang mem-bully bahwa Street Fashion itu dijadikan ajang promosi LBGT, dimana laki-laki lemah gemulai secara bebas dan terbuka melakukan PDA atawa Public Display Affection.

                Sebanyak yang menolak, sebanyak itu juga yang mendukung.  Citayam Fashion Week banyak kemiripannya dengan Harajuku. Street Fashion itu sudah ada sejak awal 1980-an, namun mulai dikenal dunia sekitar tahun 2000-an. Dalam sejarahnya, Harajuku bukan sekadar ajang pamer busana nyentrik, tapi juga sebuah gerakan melawan aturan sosial yang ketat. Jepang merupakan bangsa yang menjunjung tinggi adab dan norma-norma.         

                Dulu, kehadiran street fashion Harajuku dianggap nyeleneh dan tidak dihargai oleh masyarakat setempat. Namun, seiring waktu, gaya Harajuku diterima publik bahkan jadi kiblat fashion anak muda dunia.

                Menyimak pelajaran dari Harajuku, upaya menghambat dan membubarkannya pasti sia-sia. Ketimbang mengusir anak-anak itu dari ruang publik tempat mereka berekspresi dan bereksperimen, lebih baik menyambut dan membuka jalan. Respon Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno patut didukung.

                Sandi mengungkapkan kebanggaannya karena ajang Citayam Fashion Week “menular” hingga ke Thailand. Aksi anak-anak SCBD bisa menginspirasi trend fashion di Negeri Gajah Putih. Sandi berharap hal ini bisa menjadi “The Next Korea Selatan”. Kemenparekraf akan memfasilitasi Fashion Street bagi anak-anak muda Gen Z dan milenial itu. Untuk mendukung langkah tersebut, muncul wacana bahwa Citayam Fashion Week akan dipindahkan ke Sarinah.

                Terkait hal ini, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendukung upaya tersebut. Namun, perpindahan Citayam Fashion Week ke Sarinah diharapkan tidak dipolitisasi dan memberikan ruang yang lebih besar bagi anak-anak muda berkreasi. Erick mengatakan terbuka jika pelataran Sarinah jadi lokasi Citayam Fashion Week asalkan tidak dipolitisir.

                Kalau pindah ke Sarinah, namanya bisa berubah menjadi Sarinah Fashion Week!

Artikel Terkait

Back to top button