Tiga Strategi PT KPI Kembangkan Biorefinery
Jakarta, Bumntrack.co.id – PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) mengembangkan ’Biorefinery’ atau ‘kilang hijau’, sebagai strategi dalam mengakselerasi target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) nasional tahun 2025. Biorefinery merupakan proyek energi bersih Pertamina dimana pengolahan kilang menggunakan bahan baku berupa renewable feedstock seperti RBDPO (minyak kelapa sawit) hingga UCO (minyak jelantah) guna menghasilkan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
PT KPI merupakan induk usaha kilang dan petrokimia Pertamina yang melakukan pengelolaan proyek Biorefinery di Unit Kilang Plaju dan Cilacap. PT KPI Unit Plaju dan Cilacap memiliki peran strategis mendukung roadmap pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) Indonesia yang tertuang di dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
PT KPI Unit Cilacap telah mengembangkan dan menghasilkan BioAvtur dari pengolahan RBDPO atau minyak kelapa sawit. PT KPI Unit Plaju juga nantinya diproyeksikan menghasilkan BioAvtur melalui pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dengan kapasitas 20.000 barrel/day.
Ada lima inisiatif strategis PT KPI dalam menyokong ketahanan energi Indonesia yaitu RDMP (proyek perluasan kilang), Grass Root Refinery (proyek pembangunan kilang baru), Kilang Produk Petrokimia, Kilang Produk Turunan Petrokimia dan Biorefinery atau ‘kilang hijau’. Dalam pengembangan Biorefinery, ada tiga strategi utama yang diimplementasikan oleh PT KPI.
“Strategi pertama adalah pemanfaatan renewable feedstock, atau bahan baku terbarukan. Contoh renewable feedstock yang mengalami proses pengolahan di kilang Pertamina antara lain RBDPO atau minyak kelapa sawit dan UCO atau minyak jelantah. Kilang Pertamina menghasilkan biofuels dari pengolahan bahan baku tersebut,” jelas Direktur Utama PT KPI, Djoko Priyono, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (18/11).
Strategi kedua adalah uji coba produk dari renewable feedstock tersebut. Contoh uji coba yang telah berhasil dilakukan adalah produksi HVO atau diesel nabati di PT KPI Unit Cilacap dan Dumai. “Pertamina berinovasi dalam uji coba bahan bakar baru dan terbarukan pada teknologi co- processing, yakni penggabungan sumber bahan bakar alami turunan CPO dengan bahan bakar fosil yang diproses di dalam kilang. Hasilnya berupa bahan bakar yang lebih ramah lingkungan,” ungkap Djoko.
Strategi selanjutnya adalah ekspansi. Guna meningkatkan produksi diesel nabati di Cilacap, dilakukan revamping terhadap unit proses yang bernama Treated Distillate Hydro Treating (TDHT).
Pembangunan Biorefinery untuk menghasilkan green diesel atau green avtur di PT KPI Unit Plaju dengan kapasitas 20 MBSD juga terus dimatangkan dengan target dapat beroperasi secara kontinyu mulai tahun 2024. Proyek yang sama juga dibangun di PT KPI Unit Cilacap dengan kapasitas bertahap dari 3 MBSD untuk tahun 2022 dan 6 MBSD untuk tahun 2023.
Upaya pengembangan Biorefinery Pertamina sudah dirintis dengan beragam produk biofuels yang dihasilkan melalui unit-unit kilangnya. Produk biofuels tersebut antara lain Green Gasoline di PT KPI Unit Plaju dan Cilacap, Green Diesel di PT KPI Unit Dumai, serta Green Avtur J2 dan 100% Green Diesel di PT KPI Unit Cilacap.