
Bumntrack.co.id. Banten – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Boy Rafli Amar menegaskan terorisme bisa merusak bangsa, meruntuhkan ekonomi hingga menimbulkan chaos di masyarakat. Salah satu contoh bentuk terorisme adalah kejahatan di Papua. Dirinya juga memastikan bahwa terorisme tidak ada kaitannya dengan agama.
“Tidak ada kaitannya semua terorisme dengan agama. Itu hanya salah persepsi oknum umat beragama. Terorisme itu bukan Islam. Jangan sampai terbawa pemahaman bahwa terorisme adalah perjuangan Islam. Mereka yang mendesain ini senang sekali jika terorisme dianggap merupakan bagian dari perjuangan Islam,” kata Kepala BNPT, Boy Rafli Amar di Pandeglang, Banten, Kamis (11/8/22).
Menurutnya, ulama-ulama besar di Indonesia merupakan ulama pejuang dan juga pejuang ulama dengan prinsip cinta kepada negara. Jangankan pakai senjata nuklir, generasi pejuang kemerdekaan hanya menggunakan bambu runcing saja sudah berani melawan penjajah yang ingin merebut Indonesia.
Jauh berbeda dengan negara lain yang gagal menjaga identitas nasional, Indonesia dijaga oleh tokoh bangsa hingga tokoh ulama. “Makanya ketika proklamasi kemerdekaan RI, Soekarno-Hatta didampingi tokoh bangsa dan ulama Islam. Kita bersyukur diberikan pondasi yang luar biasa kuat. Sebanyak 273 juta penduduk Indonesia dibangun atas pondasi dan masukan dari tokoh agama, para wali dengan berkah rahmat Allah SWT. Banyak negara kecil terjadi perang sodara. Contohnya Afghanistan, Yaman,” tambahnya.
Kawasan Terpadu Nusantara adalah pendekatan soft skill terhadap mitra BNPT dimana kegiatan ini berbasis ekonomi, edukasi dan pemberdayaan. Kawasan ini memanfaatkan lahan tidur pemerintah milik kementerian perhutanan, kementerian LHK atau milik BUMN seperti Perhutani.
“Dalam kawasan tersebut, kita berdayakan mitra deradikalisasi dan membentuk koperasi. Sehingga koperasi punya unit usaha. Unit usaha tersebut bisa memanfatkannya sebagai lahan pertanian, perikanan hingga peternakan. Sehingga mitra kita memiliki kegiatan usaha yang positif, berbasiskan kesejahteraan,” jelasnya.
“Mereka memerlukan bimbingan. Sesuai dengan potensi dan program yang ada, kita dorong mereka milik koperasi. Koperasi itu nantinya bisa mensejahterakan mitra deradikalisasi. Kita lakukan semua itu di 5 propinsi,” tambahnya.
Direktur Utama Indonesia Power, M. Ahsin Sidqi mengungkapkan pihaknya terbuka untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk dengan BNPT untuk memberdayakan eks napiter.
“Indonesia Power hadir di masyarakat melalui program CSR/TJSL. Kami sering meminta masukan ke tokoh ulama untuk sosial mapping terkait apa yang diinginkan masyarakat dan problemnya,” tambahnya.
Salah satunya yaitu pemanfaatan lahan dan pengolahan limbah FABA menjadi pupuk. “Nah kalau boleh, eks napiter akan kita jadikan contoh, kalau berhasil akan direplikasi di wilayah lain. Kami akan masuk setelah ada persetujuan dari BNPT,” tutupnya.