
Jakarta, BUMN TRACK – Implementasi kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dalam berbagai industri di Tanah Air merupakan sebuah keniscayaan.
Pemerintah telah mengatur TKDN dalam PP No. 29/2018 tentang Pemberdayaan Industri. Industri kesehatan menjadi salah satu yang didorong peningkatan nilai TKDN-nya oleh Pemerintah guna menekan impor dan bertransformasi menjadi negara yang mandiri di bidang kesehatan, termasuk obat-obatan.
“Selama ini industri kesehatan nasional, terutama obat-obatan bergantung pada impor bahan baku obat. Bahkan, nilai impornya mencapai lebih dari 90 persen,” kata Direktur Utama LSP Pasar Modal, Haryajid Ramelan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (29/11/23).
Hal ini karena tingginya biaya riset dan investasi yang dibutuhkan untuk membangun pabrik bahan baku obat di Indonesia, sehingga jumlah industri hulu atau kimia dasar yang merupakan bahan baku obat itu masih sedikit pemainnya.
“Padahal, jika industri hulu ini berkembang, akan ada banyak manfaatnya, salah satunya peningkatan daya saing industri farmasi nasional,” ujarnya.
Namun, ini bukan berarti bahwa industri kesehatan tidak dapat meningkatkan nilai TKDN-nya agar bisa lebih mandiri. Menurut Haryajid, salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan kolaborasi lintas sektor.
“Kolaborasi lintas sektor menjadi salah satu jalan bagi industri farmasi untuk bisa mandiri di masa yang akan datang. Dengan kemandirian, maka ini akan dapat mengurangi dampak fluktuasi harga komoditas global dan membantu pertunbuhan ekonomi,” terangnya.
Salah satu Perusahaan Terbuka di Sektor Farmasi yang telah menerapkan kebijakan TKDN dalam bisnisnya adalah PT Phapros Tbk (PEHA).
Plt. Direktur Utama Phapros, David Sidjabat, mengatakan bahwa industri kesehatan, termasuk farmasi memiliki banyak tantangan dalam meningkatkan nilai TKDN, namun pihaknya terus berusaha agar produk –produk yang dihasilkan bisa memperoleh nilai TKDN minimal 40% sesuai dengan aturan Pemerintah.
“Salah satu upaya yang dilakukan adalah kolaborasi lintas sektor. Dalam hal ini, Phapros sudah bekerjasama dengan banyak pihak, terutama dengan lembaga penelitian dan universitas guna memperoleh produk masa depan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” jelas David.
“Telah banyak produk Phapros yang memiliki sertifikasi TKDN sesuai standar nilai Pemerintah. Salah satu produk hasil hilirisasi riset yang mendapatkan skor TKDN tinggi mencapai lebih dari 60 persen, adalah produk biologi berupa Bonefill Ortho Cube, yakni alat kesehatan yang digunakan untuk mengisi ruang kosong atau celah pada tulang yang akan memfasilitasi penyembuhan atau regenerasi tulang dan biasanya terjadi pada kasus-kasus trauma,” katanya.
Produk tersebut merupakan hilirisasi riset bersama peneliti di RSUD Dr. Soetomo, Surabaya. Ke depannya, produk tersebut juga akan memiliki banyak varian baru yang saat ini penelitiannya masih berjalan. Dengan banyaknya produk hilirisasi yang dikembangkan oleh emiten berkode saham PEHA ini, David berharap pihaknya dapat berkontribusi dalam mewujudkan kemandirian sektor kesehatan nasional.