Page 52 - Edisi Febuari 2020
P. 52
kronika
Krakatau Steel Restrukturisasi
Utang Senilai USD2 Miliar
PT Krakatau Steel (persero) Tbk terus berupaya melakukan produksi HRC dan CRC. Langkah selanjutnya, Perseroan
transformasi bisnis agar perusahaan menjadi sehat dan juga mendorong agar dilakukan dukungan kebijakan
berdaya saing. Salah satunya menyelesaikan restrukturisasi regulasi impor baja. Regulasi ini merupakan hal terpenting
utang senilai USD2 miliar dengan 10 bank nasional, lainnya untuk mendukung pertumbuhan industri baja yang
swasta nasional dan swasta asing. Dengan restrukturisasi, sehat. Pasalnya, impor baja saat ini sudah menghantam
beban bunga dan kewajiban pembayaran pokok pinjaman industri baja nasional dari hulu hingga hilir.
menjadi lebih ringan sehingga membantu perbaikan kinerja “Kondisi maraknya (dumping) impor baja jika diteruskan,
perusahaan dan memperkuat cashflow perusahaan. Proyek maka pada akhirnya Indonesia hanya akan menjadi
restrukturisasi ini berlangung selama sembilan tahun konsumen pengguna baja dari luar negeri saja, dan akan
(2019-2027), dalam jangka panjang diharapkan operasi semakin menekan defisit neraca perdagangan,” terangnya.
perusahaan menjadi lebih baik. Pada tahun 2018, volume impor baja mencapai
“Ya memang ada negoisasi tenor maupun bunganya. angka 6,3 juta ton, naik sebesar 6,7 persen bandingkan
Namun melalui restrukturisasi ini, total beban bunga dengan tahun sebelumnya. Selain itu berdasarkan data
selama sembilan tahun utang dapat diturunkan dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018, besi dan
USD847 juta menjadi USD466 juta. Selain itu, penghematan baja tercatat menjadi komoditi impor terbesar ke-3 yaitu
biaya juga kita dapatkan dari restrukturisasi utang selama sebesar 6,45 persen dari total importasi dengan nilai
sembilan tahun sebesar USD685 juta,” kata Direktur Utama USD10,25 miliar dan telah mengakibatkan defisitnya
Krakatau Steel, Silmy Karim di Jakarta, Selasa (28/1). neraca perdagangan RI.
Sepanjang 2019, perseroan telah melakukan Sampai dengan bulan September 2019, importasi
rekstrukturisasi, optimalisasi tenaga kerja dan menerapkan besi dan baja telah mencapai 5 juta ton dan di estimasi
operation excellence sehingga Krakatau Steel lebih efisien akan mengalami kenaikan sampai 6,7 juta ton hingga
dan kompetitif. Kemudian di September dan November akhir 2019 (meningkat 7,5 persen dari total impor
2019 secara berturut-turut KS berhasil melampaui rekor tahun 2018 sebesar 6,3 juta ton). Bahkan hingga
September 2019, besi dan
baja masih menempati
posisi 3 besar komoditi
impor yang masuk ke
Indonesia dengan nilai
USD7,63 miliar.
“Bersama Kementerian
BUMN, kami memberikan
masukan kepada
kementerian terkait agar
pasar dan industri baja
di Indonesia bisa lebih
sehat. Industri baja dalam
negeri sangat tertekan
dengan kondisi impor baja
di sepanjang tahun 2018-
2019. Kami memerlukan
kebijakan dan
pengawasan yang ketat
dalam hal impor baja.
Telah terjadi penurunan
utilisasi industri baja
hingga 43 persen di tahun
2019,” pungkas Silmy.
52 | BUMN Track | No. 145 TAHUN XIII FEBRUARI 2020
KRONIKA.indd 52 2/18/20 6:22 PM