BUMN Bakal Lebih Mesra Dengan Swasta
Oleh: Akhmad Kusaeni
Yang paling senang Erick Thohir menjadi Menteri BUMN salah satunya adalah Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Roeslani. Bukan hanya Rosan telah mengenal Erick sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama dan menjadi teman sepermainan, tapi juga karena Presiden Jokowi ternyata mendengar dan memenuhi kritikan serta harapan Rosan.
Dalam berbagai kesempatan ketemu Jokowi, Rosan selalu mengeluhkan tentang adanya gejala BUMNisasi di bawah Menteri Rini Soemarno. Sejumlah proyek, terutama yang besar-besar dikerjakan antar BUMN sehingga pengusaha swasta tidak kebagian dalam peran penting ikut membangun bangsa.
Kadin menilai sebagian besar proyek infrastruktur dikerjakan oleh BUMN. Padahal, pihak swasta juga ingin menjadi pemain utama dalam menggarap proyek infrastruktur. Memang selama ini, pihak swasta dilibatkan sebagai sub kontraktor atau mitra penyedia kelengkapan proyek infrastruktur.
“Kita mau dong jadi pemain utamanya. Memang untuk sub kontraktor banyak di daerah, tapi untuk main contractor banyak yang ingin berpartisipasi,” kata Rosan blak-blakan kepada Jokowi pada 6 Oktober 2017 yang membuat Menteri BUMN Rini Soemarno berang.
Setidaknya, pinta Rosan kepada Jokowi, swasta diajak menjadi mitra kerja dalam membangun infrastruktur. Sehingga swasta mendapatkan manfaat dari pembangunan tersebut.
Permintaan itulah yang sepertinya dipenuhi Jokowi pada masa pemerintahannya yang kedua. Erick Thohir adalah sosok yang dianggap pas dalam membuat BUMN bisa bergandengan dengan swasta.
Bukan hanya karena Rosan sudah kenal luar dalam siapa Erick atau Erick adalah Ketua Tim Pemenangan Kampanye Jokowi-Maruf. Tapi Erick Thohir dikenal sebagai pengusaha swasta yang berhasil dan bisa membawa perusahaannya malang melintang di kancah global.
Pendiri Mahaka Group itu merupakan mantan pemilik klub papan atas Serie A, Inter Milan. Sebagai Presiden Inter Milan, Erick Thohir sosok sangat dihormati di Italia dan dikenal luas punya jaringan bisnis di Eropa. Bersama-sama dengan Tomy Winata dari Artha Graha Network, Erick Thohir bersama Inter Milan-nya merupakan tokoh dibalik suksesnya Paviliun Indonesia di pameran dagang terakbar dunia di Milan Expo 2015.
Dengan jumlah pengunjung 4 juta orang, Paviliun Indonesia menduduki peringkat ke-8 jumlah pengunjung terbanyak dari 147 negara yang ikut serta di expo yang berlangsung selama enam bulan penuh sejak 1 Mei 2015.
Di tingkat Asia, Paviliun Indonesia menduduki peringkat 1 disusul oleh Malaysia dengan pengunjung lebih dari 3 juta orang. Semua tercengang, kaget, tidak menyangka, jika Paviliun Indonesia di Milan Expo dikunjungi orang sebanyak itu. Dan itu berkat kerja keras duet pengusaha nasional TW dan ET!
Sebagai Kepala Media Center Artha Graha Peduli waktu itu, saya tahu persis bagaimana pusingnya koordinator panitia Paviliun Indonesia Didie Petet mencari sumber pendanaan sponsor yang terbatas sampai sakit dan wafat, sehingga akhirnya TW dan ET turun tangan mengeluarkan biaya kocek dan tenaga operasional sendiri selama berbulan-bulan demi suksesnya promosi perdagangan Indonesia di dunia.
Untuk kepentingan nasional dan NKRI Erick dan TW memang menganggapnya sudah seperti harga mati. Makanya ketika kepentingan negara membutuhkan swasta dan BUMN harus bekerja sama-sama membangun negeri, Erick dipastikan tanpa ba-bi-bu lagi bakal melaksanakannya.
Lihat saja tanda-tandanya. Pada hari-hari pertama tugasnya di Kementerian BUMN, Erick memanggil Founder and Chairman CT Corp Chairul Tanjung untuk membahas seputar penguatan kerjasama BUMN dan swasta.
Baik CT maupun ET diberitakan sepakat bahwa ekonomi Indonesia harusdi bangun bersama-sama. Tidak bisa dibangun BUMN saja, tapi dibangun oleh BUMN bersama swasta dan bersama unsur-unsur lain yang ada di Indonesia. Sebab, kolaborasi antara BUMN dan swasta yang lebih mesra itulah yang akan membentuk Indonesia Incorporated.
Untuk kemakmuran rakyat justru BUMN harus dikelola seperti perusahaan komersial. Kalau profit BUMN bagus, itu bisa menyumbang dividen dan pajak yang besar. Sesuai Undang-undangnya, BUMN dibentuk memang untuk mencari keuntungan.
Kalau BUMN dikelola secara swasta, KPI jelas, targetnya juga jelas. Kalau tidak ada target dan KPI nanti dikelola dengan sembrono. Perusahaan rugi tidak apa-apa, nanti bisa minta Penyertaan Modal Negara (PMN) lagi tahun depan.
Mengelola BUMN tanpa efesiensi akan menjadikan perusahaan plat merah itu sebagai tempat pesta pora atas nama negara dan rakyat.
Sepertinya Erick Thohir mendapat amanat untuk menjadikan BUMN rasa Korporasi. Sebagai korporasi kerjasama dan sinergi dengan swasta adalah keniscayaan. Lihatlah dua Wakil Menteri BUMN dan para staf khususnya. Mereka adalah dari pendukung BUMN rasa Korporasi itu.
Selamat bertugas dan menjalankan amanah itu Pak Erick Thohir dan tim!