Festival Film Pendek Perum PFN, ‘Sederhana Namun Dalam’
Jakarta, Bumntrack.co.id – Dalam rangka merayakan Kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia, Perum Produksi Film Negara (PFN) menyelenggarakan Lomba Film Pendek dengan Tema Nasionalisme. Lomba film pendek ini didukung oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Diharapkan, melalui Film Pendek ini seluruh lapisan masyarakat tetap bersatu menatap ke depan cita-cita luhur Bangsa dan gotong royong menghadapi masa pandemi ini.
Dalam Festival Film Pendek Perum PFN membuktikan bahwa masyarakat Indonesia tetap positif, tetap optimis. Konten film menjadi salah satu sarana penerangan, pendidikan, di samping hiburan yang perlu dikembangkan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Melalui karya-karya ini, sikap optimisme terus dinyalakan dan disebarluaskan kepada seluruh penjuru Negeri.
“Kami turut bangga dapat mendukung acara penyelenggaraaan Lomba Film pendek ini dengan mengangkat nila-nilai nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika, Rosarita Niken Widiastuti dalam malam Penganugerahan Lomba Film Pendek secara virtual di Jakarta, Kamis (10/9).
Dari hasil kurasi film terpilih 23 besar finalis, Dewan Juri melakukan penilaian untuk menentukan Film Terbaik, Film dengan Cerita/Skenario Terbaik, dan Film dengan Sinematografi Terbaik. Melalui penilaian yang ketat dari segi cerita/skenario, tata kamera & tata cahaya, penyutradaraan, tata suara, hingga artistik, kelima Dewan Juri cukup sulit dalam menentukan pilihan. Atas diskusi dan musyawarah, terpilihlah juara film terbaik, skenario terbaik, dan sinematografi terbaik. Sementara juara favorit pilihan publik dilakukan melalui perhitungan di kanal YouTube yang ditutup per Senin (7/9).
Lomba film pendek dibuka dari tanggal 31 Juli hingga 27 Agustus dengan dewan juri antara lain:
- Ketua Dewan Juri: Bapak Ricky Joseph Pesik (Staf Khusus Menteri PAREKRAF bidang Bidang Digital & Industri Kreatif)
- Anggota Dewan Juri : Ibu Rosarita Niken Widiastuti (Sekretaris Jenderal KOMINFO)
- Anggota Dewan Juri: Eugine Pandji (Sutradara Film)
- Anggota Dewan Juri: Irfan Ramli (Penulis Skenario dan Sutradara)
- Anggota Dewan Juri: Ibu Judith J. Dipodiputro (Direktur Utama Perum PFN)
Setelah melalui penjurian yang ketat ditentukan juara sebagai berikut:
- Film Dengan Sinematografi Terbaik berjudul ‘Merawat Ingatan’ oleh Nazri Fahmi Sitompul.
- Film Dengan Cerita/ Skenario Terbaik berjudul ‘Bunga Untuk Pejuang’ oleh M. Rizal Hanun.
- Film Terbaik berjudul ‘Merawat Ingatan ‘oleh Nazri Fahmi Sitompul.
- Film Pilihan Publik berjudul ‘Tiang Bendera’ karya Ruli Asad Aroma.
“Kemendikbud siap melakukan kolaborasi dengan Perum PFN ke depannya. Dengan adanya lomba film pendek seperti ini, akan terus memupuk rasa cinta pada Negara khususnya anak-anak muda dalam menyuarakan karya,” kata Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbud, Ahmad Mahendra.
Ketua Dewan Juri, Ricky Joseph Pesik mengungkapkan seluruh peserta yang mengirimkan karya sebetulnya sudah menjadi juara karena masing-masing karya mempunyai keunikan dan pesan tersendiri yang hendak ingin disampaikan. Di balik sebuah pembuatan film, ternyata ada beberapa cerita yang sempat dibagi oleh peserta. Dalam kesempatannya, Ruli Asad Aroma contohnya yang menjuarai Film kategori Pilihan Publik yang berjudul Tiang Bendera. Dia mengatakan bahwa, melihat fenomena anak muda yang seringkali melupakan arti penting dari tonggak sejarah bangsa yaitu menancapkan tiang bendera Merah Putih dalam memperingati Indonesia Merdeka. Dengan inisiasi seorang teman menancapkan tiang bendera berbahan bambu, ia mampu mengajak teman yang lainnya untuk turut serta memperingati kemerdekaan dengan upacaara sederhana.
Sementara Nazri Fahmi Sitompul menyabet dua kejuaraan sekaligus yaitu Sinematografi Terbaik dan Film Terbaik menuturkan bahwa terinspirasi dari seorang janda veteran. Tokoh tersebut setiap 17 Agustus melakukan upacara bendera untuk mengingat suaminya yang pernah ikut memperjuangkan kemerdekaan.
Di sisi lain, M. Rizal Hanun yang menjuarai Film Dengan Cerita/ Skenario Terbaik berjudul ‘Bunga Untuk Pejuang’. Rizal mengaku sebagai generasi Z tidak tahu banyak soal pahlawan. Namun, dia melihat bahwa banyak pahlawan-pahlawan yang tidak dikenal karena tidak dinarasikan secara massif. Maka, tujuan dari membuat film ini adalah untuk mengingatkan kembali dan menginformasikan bahwa masih banyak pahlawan yang belum dikenal.
Seluruh Dewan Juri sepakat jika peserta-peserta lomba menampilkan film yang ‘Sederhana Namun Dalam’. Menampilkan filmnya secara natural dan apa adanya, sehingga pesan yang disampaikan sangat instruktif dan tidak menggurui. Selain itu juga memberi kejutan-kejutan pesan yang terselip.
“Kekuatan dalam film juara film terbaik ini adalah mempunyai simplisitas dan kompleksitas gagasan yang kuat dan dalam menyampaikan pesan. Keberhasilan lainnya yaitu dalam menyampaikan bahasa visual tanpa banyak kata-kata,” tutur Eugine Panji sebagai Sutradara Film.
Menurutnya, film festival biasanya dibuat secara berat dan kompleks. Namun, kali ini ditampilkan dalam keserhanaan namun mempunyai makna yang sangat dalam.