Gedoeng Jasindo, Pesona Heritage di Kawasan Kota Tua
Gedung-gedung bergaya vintage memadati Kawasan bersejarah di Kota Tua. Meski menua, daya pikatnya kian memesona.
Kota Tua merupakan kawasan penting di masa penjajahan. Kawasan ini mencakup sebagian wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara, mulai dari Pelabuhan Sunda Kelapa sampai Museum Bank Indonesia. Dahulu kala, Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk yang digunakan untuk kegiatan jual beli dalam kegiatan perdagangan internasional. Sedangkan kawasan sekitar Museum Bank Indonesia dan Museum Fatahilah adalah salah satu pusat pemerintahan kolonial.
Sama halnya kawasan kota lama di beberapa kota di Indonesia, bahkan dunia, Kota Tua Jakarta dimanfaatkan sebagai tempat wisata bersejarah dengan mengubah fungsi bangunan.
Gedoeng Jasindo sendiri berada di kawasan Taman Fatahillah. Bangunan gedung yang terletak di sebelah barat Kantor Pos Jakarta Kota, atau sebelah timur Cafe Batavia itu merupakan bekas gedung NV West-Java Handel-Maatschappij (WEVA) atau Kantoorgeouwen West-Java Handel-Maatschappij, yang dibangun pada tahun 1912. Desain bangunan ini dilakukan oleh NV Architecten-Ingenieursbureau Hulswit en Fermont te Weltevreden en Ed. Cupers te Amsterdam.
Sejalan dengan revitalisasi Kawasan Kota Tua yang dikembangkan sebagai Zona Ekonomi Khusus oleh JOTRC (Jakarta Old Town Revitalization Corporation) dan juga sebagai destinasi wisata nasional oleh UPK (Unit Pengembangan Kawasan) Kota Tua, Gedoeng Jasindo pun mengalami renovasi. Tampilannya dipercantik dan bangunannya diperkokoh dari yang sebelumnya hampir roboh.
Gedung bekas WEVA ini termasuk salah satu bangunan lawas yang mendapat prioritas revitalisasi oleh JOTRC. Gedung ini sekarang kembali utuh dengan fasad yang dikembalikan seperti aslinya. Hanya saja tulisan WEVA yang dulu ada di dinding lantai tiga sekarang diganti tulisan Gedoeng Jasindo.
Belum lama ini, Gedung yang dibangun pada 1920 itu kembali ramai menjadi pusat perhatian. Direktur SDM dan Umum PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero), Sari Suharso mengatakan, aset yang sudah lama tak digunakan kini dimanfaatkan untuk acara-acara yang berdampak positif bagi masyarakat. Salah satunya sebagai tempat kegiatan workshop yang bekerja sama dengan aktivis peduli lingkungan, DemiBumi.
Kegiatan ini sekaligus merupakan upaya optimalisasi gedung milik Asuransi Jasindo di daerah Kota Tua, yang selama ini belum termanfaatkan secara maksimal. “Dengan adanya acara ini, maka gedung tersebut jadi semakin bermanfaat. Masyarakat bisa menikmati gedung tersebut,” kata Sari.
Workshop bersama DemiBumi digelar selama tiga hari di pertengahan Desember 2019. “Di sana terdapat aneka workshop terkait pengelolaan sampah rumah tangga, dan ‘do it yourself’ pengganti plasticwrap yang dapat menumbuhkan kecintaan masyarakat kepada lingkungan,” katanya.
Sebut saja workshop cara mengurangi sampah, membuat kompos, ecoskin, ecobath, hingga ecokids, digelar di Gedoeng Jasindo tersebut.
Kegiatan tersebut juga berbarengan dengan rangkaian acara
Vital Voices Festival atau Festival Perempuan dalam Film, Seni dan Budaya pada 7 hingga 14 Desember 2019 yang juga diadakan di Gedoeng Jasindo. Festival Perempuan dalam Film merupakan kolaborasi Asuransi Jasindo dengan PFN dan Pesona Indonesia Jaya. Kegiatan bertema “Ketika Perempuan Mengambil Peran” ini dilangsungkan utuk mengangkat potensi peremuan dalam bidang seni dan budaya.
Festival yang berhasil menyedot mintar para penggiat seni ini menyajikan putaran film-film hiburan yang sarat akan pesan mendalam.
Ada juga workshop terkait pengurangan sampah, mengolah sampah organic yang dibawa oleh tim Demi Bumi, demonstrasi seni Furoshiki asal Jepang, pelatihan ecokids hingga coffee cupping dari ‘The Gade Coffe & Gold’ besutan PT Pegadaian.
Tak hanya itu, selama acara berlangsung Asuransi Jasindo juga akan menggelar pameran lukisan serta demo melukis serta pameran foto yang menceritakan sejarah Gedoeng Jasindo. Selain itu turut dipamerkan peralatan kantor jaman dahulu seperti mesik tik dan mesin hitung serta polis-polis yang diterbitkan oleh Asuransi Jasindo dari pertama berdiri.
Berbagai kegiatan seni dan edukasi yang dikemas secara menarik di Kawasan Kota Tua selalu membangkitkan minat para wisatawan. Meski menua secara usia, daya pikat kawasan ini kian mempesona.