BERITA

Geliat BUMN di Kancah Global

Di tengah maraknya fakta miring yang mencorengkan nama BUMN, sejumlah perusahaan plat merah justru menunjukkan taringnya di kancah global. Prestasi ini menunjukkan bukti kepercayaan pihak asing terhadap kinerja perusahaan negara.

Bagai oase di tengah sahara, prestasi BUMN di ranah global sungguh membanggakan.  Betapa tidak, di tengah kondisi BUMN yang bergejolak, beberapa BUMN justru dipercaya negara lain untuk memenuhi pesanan produk ataupun pengerjaan proyek prestisius.

Sebut saja PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA. BUMN karya yang dulunya masuk dalam daftar BUMN rapor merah itu kini justru berhasil membentangkan sayapnya dalam pengerjaan proyek bergengsi di Afrika Barat. Awal Desember lalu, dan  L’Agence De Gestion Du Patrimoine Bati De L’Etat (AGPBE) telah menandatangani kontrak Tahap 1 Goree Tower Project di Senegal.

Dalam kegiatan yang berlangsung di Centre Internationale Conference Abdou Diouf itu,

WIKA diwakili oleh Direktur Operasi III yang membawahi Divisi Luar Negeri Destiawan Soewardjono, sementara AGPBE diwakili oleh Direktur Operasi Yaya Abdoul Kane. Turut hadir menyaksikan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi dan Menteri Bappenas Senegal Dr. Cheikh Kante.

Destiawan  menjelaskan, pekerjaan Proyek Goree Tower di Senegal memiliki nilai kontrak tahap 1 sebesar 50 juta Euro dari kesepakatan total sebesar 250 juta Euro.

Proyek prestisius ‘Kawasan Mixed-Used Building’ dengan tipe proyek Full Design & Build dikerjakan oleh WIKA selaku kontraktor utama dengan masa pelaksanaan 24 bulan. Lingkup pekerjaan meliputi pembangunan hotel bintang 5 dengan 33 lantai, sky dining, gedung perkantoran, convention center dan residential apartment

Kerja sama tersebut merupakan salah satu milestone kiprah BUMN Karya Indonesia di Afrika Barat. “Bagi kami pasar luar negeri adalah potensi yang harus diimplementasi. Masuknya WIKA di pasar infrastruktur dan gedung Afrika sesuai dengan strategi bisnis WIKA yang menyasar negara-negara berkembang dengan kebutuhan infrastruktur yang tinggi,” terang Destiawan.

Untuk pelaksanaan proyek, WIKA mendapat fasilitas pembiayaan National Interest Account (NIA) dengan skema Buyer’s Credit melalui LPEI. Fasilitas ini sejalan dengan strategi Pemerintah untuk memperluas ekspor Indonesia ke negara non tradisional termasuk Afrika.

Direktur Eksekutif LPEI Sinthya Roesly mengatakan proyek Goree Tower Senegal menambah keyakinan Internasional bahwa perusahaan Indonesia memiliki kemampuan untuk bersaing di pasar global. “Kinerja ekspor perusahaan nasional sangat penting bagi peningkatan nilai neraca perdagangan, untuk itu diperlukan upaya dalam meningkatkan nilai ekspor baik dari sisi volume maupun pasar tujuan ekspor,” ungkapnya.

Sementara itu, penyelenggaraan Indonesia-Africa Forum 2018 dan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue pada Agustus 2019 telah memberikan peluang kerjasama konkret sebagai pasar prospektif bagi pelaku usaha Indonesia khususnya di sektor infrastruktur, konstruksi, serta industri strategis nasional. 

Atmosfer tersebut tentu saja memberi angin segar bagi perusahaan Indonesia untuk ekspansi ke pasar luar negeri. Pada 2020, Wika sendiri telah menargetkan akan menyasar tiga negara baru di Kawasan Afrika Barat dan Timur yaitu Senegal, Pantai Gading dan Zanzibar-Tanzania senilai Rp5,18 Triliun.

Sebagai informasi, rencana master plan proyek strategis nasional negara-negara di kawasan Afrika Barat dari tahun 2020-2045 di sektor infrastruktur, energi, telekomunikasi, dan railway akan mencapai nilai fantastis US$119,8 Milyar, di mana itu adalah potensi besar bagi BUMN Indonesia untuk berpartisipasi aktif menjajaki proyek-proyek tersebut.

“Melalui sinergi yang baik antara pemerintah, BUMN, pelaku usaha Indonesia dan lembaga keuangan khusus milik pemerintah seperti LPEI akan menghasilkan kontribusi besar bagi devisa yang masuk ke Indonesia di masa mendatang dan juga menjadikan BUMN kita di luar negeri tidak kalah bersaing dengan negara-negara seperti Tiongkok, Turki, Jepang dan Korea Selatan,” pungkasnya.

INKA Lanjutkan Ekspor

BUMN lain yang telah teruji mampu menerobos pasar global adalah PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA. Akhir bulan lalu, perusahaan yang dipimpin oleh Budi Noviantoro itu mulai melakukan pengiriman dua rangkaian kereta Diesel Multiple Unit (DMU) ke Filipina melalui Pelabuhan Jamrud Tanjung Perak Surabaya. Pengiriman Kereta pesanan Philippine National Railways (PNR) ini merupakan ekspor batch 1 dari beberapa pesanan kereta yang dibuat di pabrik kereta api Madiun, Jawa Tengah.

Budi menjelaskan, DMU Filipina memiliki spesifikasi satu rangkaian terdiri dari tiga kereta. Dengan desain kursi berhadap-hadapan menunjang kapasitas angkut penumpang untuk rute dalam kota, yakni antar Stasiun Tutuban ke Stasiun Alabang. “Nilai kontrak 2 DMU tersebut sebesar 485 Juta Peso atau 134 Miliar Rupiah,” ungkap Budi.

Selain dua rangkaian DMU ini, INKA juga sedang memproduksi pesanan dari Philippine National Railways lainnya antara lain 4 DMU dengan nilai kontrak 1 miliar Peso atau setara Rp296 miliar, serta 3 lokomotif dan 15 kereta penumpang dengan nilai kontrak 1.3 Miliar Peso atau sebesar Rp362 miliar. Sehingga keseluruhan nilai kontrak yang diraih INKA untuk pengadaan kereta Philippines National Railways sejumlah Rp792 miliar.

Sebelumnya, INKA telah memenuhi pengadaan 250 kereta penumpang untuk Bangladesh Railway dengan nilai kontrak sebesar USD 100,89 juta. Sekitar 50 kereta tipe BG (broad gauge) telah dikirimkan pada Januari 2019 yang lalu dan INKA kembali mengirimkan lagi 200 kereta untuk Bangladesh Railway yang proses pengapalan batch pertama sebanyak 26 kereta telah dimulai  19 Juli 2019 melalui Terminal Jamrud II, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya yang pengirimannya berlangsung pada 24 Juli 2019. Sementara pengiriman batch kedua sebanyak 22 kereta dilakukan pada Septemnber 2019.

Tak hanya itu, INKA juga tengah menjajaki peluang kerja sama dengan Zimbabwe yang belum lama melakukan pertemuan dengan pemerintah Indonesia dan direksi INKA. Sebagai BUMN manufaktur kereta api satu-satunya di Asia Tenggara, INKA menawarkan berbagai peluang kerjasama dengan Negara Zimbabwe, khususnya dengan National Railways of Zimbabwe.

Peluang itu antara lain pembangunan sistem prasarana dan sarana transportasi logistik meliputi pembuatan kereta baru maupun perbaikan kereta, peningkatan prasaran fasilitas depo kereta. Serta capacity building melalui transfer of technology dan maintenance service agreement.

Artikel Terkait

Back to top button