LENSA

Gocekan Erick Thohir

Oleh: Akhmad Kusaeni

    Menteri BUMN Erick Thohir adalah sosok yang menjadi bintang bagi wartawan. Pada kabinet pertama, Presiden Jokowi punya Susi Pudjiastuti. Kabinet kedua, Jokowi punya Erick Thohir. 

    Susi Pudjiastuti menjadi magnet bagi wartawan karena memiliki sesuatu persyaratan ”ketidakbiasaan”. Sesuatu mempunyai nilai berita (news values) jika tidak biasa: Anjing menggigit orang –tidak memiliki nilai berita karena itu hal biasa. Orang menggigit anjing — itu baru berita karena tidak biasa.

    Kalau orang berpendidikan tinggi menjadi menteri adalah hal yang biasa. Tapi Susi yang berpendidikan tidak tinggi menjadi menteri adalah hal yang tidak biasa. Apalagi karakternya yang eksentrik: kakinya bertatoo, omongnya ceplas-ceplos, kebijakannya kontroversial seperti dalam kasus penenggelaman kapal. Jadilah Susi pusat perhatian wartawan. Nyaris tiada hari tanpa berita Susi.

    Lain halnya dengan Erick Thohir. Selain pengusaha sukses, Erick juga dikenal sebagai pemilik sejumlah media. Ia mendirikan Grup Mahaka tahun 1993 dan mengakuisisi Harian Republika pada 2001. Erick juga pemilik Jak TV dan beberapa radio, seperti Gen FM, Delta FM dan Female Radio. Erick juga pemegang saham minoritas di TVOne.

    Sebagai orang media, Erick faham betul apa yang diinginkan wartawan, yaitu informasi yang menarik dan tidak biasa. Dalam ilmu komunikasi, wartawan diajarkan untuk shoot who talk or shoot who move. Kamera akan menyorot orang yang bicara atau bergerak. Ketika menteri-menteri lain tidak bicara dan tidak bergerak, Erick bicara dan bergerak. 

Ia melakukan bongkar pasang, mengangkat Wamen, memberhentikan para deputi, dan mengangkat tokoh-tokoh termasuk Ahok, serta berjanji mengocok ulang 700 sampai 1.000 komisaris BUMN. Apa gak bikin geger media, itu?

Gebrakan bersih-bersih BUMN ala Erick itu memenuhi apa yang disebut dengan ”media feeding frenzy”, yaitu pemberitaan media yang intens mengenai sebuah peristiwa yang menyangkut kepentingan publik. Sebagai orang media, dibantu dengan staf khusus bidang komunikasi Arya Sinulingga, tahu persis bagaimana ”menyuapi” wartawan (yang lapar akan berita) dengan informasi menarik dan tidak biasa.

Arya Sinulingga juga orang media. Sebelumnya, Arya menjabat Direktur Pemberitaan di Media Nusantara Citra (MNC Group) dan komisaris MD Entertainment. Ia juga pernah menjadi Pemimpin Redaksi RCTI.

    Semua itu menjadikan Erick Thohir dan Kementerian BUMN akan menjadi pusat perhatian media sampai lima tahun ke depan. 

    Oya, sebagai mantan Presiden Klub Sepakbola Inter Milan, Erick tahu persis bagaimana bermain cantik di lapangan dan menarik perhatian penonton. Gocekan-gocekan Erick (mungkin juga gol-gol yang diciptakannya nanti) selalu menjadi pemberitaan utama media.

    Kenapa gocekan Erick seperti pada bongkar pasang pejabat BUMN ini menjadi menarik buat media, karena Erick tahu persis cara meliput wartawan adalah seperti meliput pertandingan sepak bola. Wartawan selalu memenuhi hak rakyat untuk tahu klub mana yang kalah dan yang menang. Siapa pemain yang mencetak gol dan yang mendapat kartu merah.

Dalam kaitannya dengan BUMN, masyarakat ingin tahu pejabat mana yang dicopot dan diganti, lalu siapa penggantinya. Kalah menang, naik turun, sedikit hiruk-pikuk kontroversi adalah menjadi fokus liputan utama wartawan.

Erick Thohir tahu persis sifat media seperti ini. Sebagai mantan Presiden Inter Milan, Erick juga paham betul harus memiliki tim inti yang kuat dan solid. Sebab, pelatih dan manajer yang tidak disukai pemain dan fans, bakal merusak dan membahayakan klub.

Erick Thohir membutuhkan dream team yang solid. Bongkar pasang dan perombakan di jajaran pejabat di Kementerian BUMN adalah untuk keperluan membangun teamwork. Untuk mengelola aset sebesar Rp8.200 triliun, Erick perlu teamwork yang kompak, yang diisi dengan orang-orang yang bukan hanya cerdas, tetapi juga akhlak yang baik.

Kejelitaan Erick terletak pada bagaimana dia memilih orang-orang yang bisa membantunya mencapai sukses. Ia berhasil saat menjadi Ketua Umum Panitia Nasional Asian Games (INASGOC) karena tim yang profesional dan kompeten. Ia juga berhasil saat menjadi Ketua Tim Pemenangan Pilpres Jokowi-Maruf Amin karena dibantu oleh tim yang kuat dan solid.

Jika Erick berhasil merekrut tim yang hebat di INASGOC dan Tim Pemenangan Pilpres, maka ia akan berhasil juga di Kementerian BUMN. Kalau tidak merekrut tim secara profesional dan independent, nanti publik menilai secara liar bahwa ternyata Erick tidak bisa menahan gempuran intervensi non-korporasi, yang datang dari pemilik kekuasaan dan pemburu rente.

Jangan sampai publik, terutama netizen, julid berpikiran bongkar pasang jabatan di BUMN hanya untuk menampung orang-orang yang tidak kebagian kursi menteri dan wakil menteri. Saya termasuk yang optimistis, Erick tidak akan seperti itu.

Beri kesempatan kepada Erick Thohir. Waktu akan membuktikan!

Artikel Terkait

Berita Lainnya
Close
Back to top button