The King Market, Jalan Kedaulatan Pangan
Setelah lantang menyetop impor pangan, kini BULOG gencar merambah bisnis komersial untuk mewujudkan korporasi yang sehat, sekaligus menjamin kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Penunjukan Budi Waseo pada April 2018 lalu menumbuhkan asa baru bagi banyak pihak. Bagaimana tidak, menurunnya reputasi BULOG dalam beberapa tahun terakhir berimbas pada penurunan semangat dan produktivitas karyawan. Setidaknya, kehadiran Jenderal Polisi bintang 3 yang terkenal dengan keberaniannya itu diharapkan dapat menumbuhkan kembali semangat juang di kalangan internal, sehingga BULOG dapat mewujudkan kedaulatan pangan seperti yang diidam-idamkan pemerintah.
Berlatar belakang seorang abdi negara, apa yang dilakukan oleh Budi Waseo di BULOG semata adalah pengabdian bagi bangsa yang dicintainya. Hal itu ditegaskannya saat membuka perbincangan dengan BUMN Track, akhir bulan lalu di kantornya yang berada di bilangan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. “Meski dunia korporasi ini tergolong baru, namun saya terbiasa menerima tanggung jawab dengan sungguh-sungguh. Kuncinya adalah pengabdian dengan ketulusan,” ungkap pria yang akrab disapa Buwas.
Pemetaan akan kondisi perusahaan pun dilakukan secepat kilat. Ia tak segan belajar pada siapapun, termasuk para staf. Dari hasil maping dirinya terhadap BULOG, Buwas menyadari bahwa pekerjaan ini sungguh tidak mudah. Sebab selain menjadi korporasi yang harusnya mencatat untung, BULOG justru ditunjuk untuk menjalankan penugasan negara yang cenderung membuat kinerja keuangan jadi melemah.
BULOG bergegas melakukan pembenahan secara keseluruhan. Di bawah kepemimpinan Buwas, manajemen menyadari bahwa mereka tidak boleh bergantung pada penugasan pemerintah semata. BULOG sebagai korporasi harus untung, caranya, lewat penguatan bisnis komersial.
Terlebih, masalah pangan yang menjadi tugas pokok BULOG erat kaitannya dengan program yang disasar pemerintah saat ini, yakni mencetak generasi atau SDM Unggul. SDM Unggul bagi Buwas berangkat dari masalah pangan yang bukan hanya tercukupi dari sisi kuantitas tapi juga kualitas.
“Sumber awal dari kekuatan suatu bangsa adalah ketahanan pangan. Jika pangan tak terpenuhi, maka pertumbuhan generasi penerus akan terhambat. Jangankan cerdas, untuk sehat saja susah,” kata dia. Maka, kekuatan suatu negara menurut Buwas diukur dari manusiannya. Yakni manusia yang sehat, pandai dan cerdas yang berangkat dari makanan yang berkualitas.
Mirisnya, jangankan bicara kualitas pangan, dari sisi kuantitas saja Indonesia mengalami defisit sehingga harus membuka kran impor beras sejak 2004 hingga 2017. “Buat saya ini tantangan. Kita kan negara agraris, harusnya tidak boleh impor pangan. Di sinilah kita cari letak kesalahannya, dan saya bertekad untuk membenahi semua,” ungkap Buwas.
Nyali Buwas terbukti. Ia dengan lantang menegaskan bahwa Indonesia tidak perlu impor beras bahkan hingga 2020. Alasannya, stok beras BULOG dalam keadaan aman, harga stabil dan gudang BULOG tak mampu menampung komoditas impor.
Sebelum terang-terangan menyetop impor beras, Buwas telah membuat inovasi dengan memproduksi beras sachet atau renceng. Pemikirannya sederhana, ketahanan pangan terjadi ketika masyarakat sudah mudah mendapat pangan, terutama beras. “Tujuan beras sachet adalah menyangkut ketersediaan. BULOG ingin masyarakat bisa mendapatkan beras dengan mudah. Kebutuhan pokok ini harus tersebar dimana-mana, di toko-toko, di pasar maupun warung-warung,” ucap dia.
Produk beras sachet dengan volume 200 gram yang dibandrol dengan harga Rp2.500 itu disambut baik oleh masyarakat, khususnya yang berada di perkampungan. Dengan harga yang sangat terjangkau, mereka sudah dapat menikmati beras dengan kualitas premium.
“Saya berprinsip, di dunia ini tidak ada yg tidak bisa. Kuncinya hanya satu, mau atau tidak, itu saja. Makanya saya pacu seluruh karyawan BULOG supaya memiliki ketulusan dalam bekerja, bahwa tugas kita ini adalah bagian dari pengabdian,” urainya.
Kalah Bersaing
Evaluasi di lapangan terus berlanjut. Menurunnya reputasi BULOG selama ini disebabkan buruknya kualitas produk karena tak ada kontrol akan hal tersebut. “Beras BULOG identik dengan raskin, beras yang pera, kutuan, segala macam lah,” seloroh Buwas.
Tuduhan itu ada sebab akibat. Pertama, BULOG wajib menyerap beras petani tanpa mendapatkan potensi hilirnya. Belum lagi, BULOG terus ditekan dengan penugasan impor. “Impor ini kan beras cadangan pemerintah, tapi yang membeli BULOG, yang mengimpor BULOG, uangnya pinjam dan menjadi utangnya BULOG. Ini masalah besar karena nilainya triliunan dengan bunga komersial, sedangkan beras ini tidak bisa diperjualbelikan kecuali ada penugasan,” ungkap Buwas.
Situasi ini membuat BULOG seakan bekerja dalam situasi tidak ideal. Di satu sisi, BULOG menjalankan penugasan pemerintah seperti menyerap 100 persen gabah petani, impor beras atau menyewa gudang tambahan. Sementara untuk tujuan komersial, BULOG dihadakan sejumlah rintangan.
Masalah lain yang melanda, harga jual beras tergangtung pada kualitas. Semakin lama beras disimpan di gudang maka akan menurunan kualitas. Sementara beras-beras BULOG yang disimpan di gudang tidak bisa keluar jika tak ada penugasan pemerintah. “Ini jelas tidak menguntungkan secara bisnis. Kalau lama tidak dipakai rusak, padahal uang sewa gudangnya pinjam. Beras tidak dilepas sehingga tidak ada perputaran, sementara harga terus turun karena kualitas yang menurun,” kata Buwas gemas.
Perlahan namun pasti, upaya Buwas dalam menumbuhkan kembali kepercayaan diri karyawan BULOG berbuah lahirnya inovasi. Dalam meningkatkan kualitas produk, misalnya, BULOG menciptakan cocoon, sebuah fasilitas penyimpanan yang mampu menjaga kualitas beras selama jangka waktu tertentu. Cocoon bisa menjaga kadar karbondioksida dan oksigen pada beras di titik tertentu. Dengan begitu, tidak ada lagi kesempatan bagi hama untuk hidup dan mengganggu sehingga menurunkan mutu beras.
Metode ini telah diuji coba dan menunjukkan hasil yang positif. Pada tahun lalu, Perum BULOG menyimpan 180 ton beras dengan cocoon di Gudang Duyungan, Surakarta, Jawa Tengah. Setahun kemudian, tepatnya pertengahan Agustus 2019, cocoon dibuka dan beras yang berada di dalamnya masih dalam kondisi yang baik.
Hama-hama yang biasa muncul pada bulan kedua atau ketiga penyimpanan tidak bisa melakukan perkembangbiakan dan bahkan mati. Jumlah hama yang mati pun sangat sedikit dan terkumpul dalam setiap pojok sungkup. Terbukti, penyimpanan dengan metode cocoon dapat mempertahankan kualitas beras seperti saat beras tersebut pertama kali disimpan. Tidak ada perubahan kualitas baik dari sisi warna, bau dan penampakan.
Metode cocoon juga masuk ke dalam kategori penyimpanan yang ramah lingkungan karena tidak mengandung obat-obatan berbahan baku kimiawi. Ke depan, metode ini akan diterapkan di seluruh gudang sekaligus menjadi bagian dari pelayanan BULOG untuk menjaga stok pangan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Mendorong Bisnis Komersial
Tak ingin terkurung dalam kondisi sulit, BULOG merombak habis sistem di internal. Tujuannya satu, untuk mengembalikan kepercayaan publik yang berujung pada terbangunnya kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. BULOG terus memperkuat bisnis komersial, antara lain dengan mendorong terciptanya 50 produk beras baru dengan kualitas premium menjelang hari pangan lalu.
“Ada 50 varian yang kita hasilkan. Saya pastikan kualitasnya terjaga dan semua packaging-nya harus di vacum untuk menghilangkan kesempatan tumbuhnya telur kutu dalam beras. Kita membina petani-petani yang konsisten menghasilkan produk ini,” kata Buwas. Contoh, BULOG kini memproduksi beras Anak Daro yang dikenal sebagai berasnya orang minang. Ada pula produk premium KingOryza, Pulen Wangi, Slyp Super Uenak, Menthik Wangi Susu serta beras hitam dan merah merk Caping Emas.
Lantas, bagaimana startegi pemasaran yang dilakukan? Selama ini produk BULOG cenderung sulit untuk masuk ke toko retail karena berbagai alasan. Oleh sebab itu, manajemen berinisiatif menciptakan sendiri sistem belanja online berbasis aplikasi digital untuk penyediaan pangan nasional. Hal ini sesuai dengan arahan pemerintah yang mendorong penggunaan e-commerce.
BULOG memiliki toko daring bernama PangananDotcom (Panganan.com) yang saat ini bisa diakses melalui e-commerce Shopee. PangananDotcom yang telah diperkenalkan pada Agustus 2019 lalu menyediakan berbagai produk pangan seperti beras dan kebutuhan sembako lainnya.
Melalui aplikasi tersebut, masyarakat bebas memilih produk yang akan dibeli, kemudian dipesan lalu bayar. Hebatnya, sistem ini memberi jasa layanan antar, sehingga pembeli cukup duduk manis menanti produk pesanannya yang segera dikirimkan oleh kurir yang ditunjuk oleh BULOG. “Penjualan secara digital memudahkan masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan bahan pokok, tanpa harus pergi ke pasar. Masyarakat tinggal pesan secara online dan pengiriman dilakukan langsung ke rumah pembeli,” jelas Buwas.
Selain itu, pemasaran bahan pokok melalui platform online juga dinilai Buwas
memiliki kelebihan lain, yakni dapat memotong rantai pasok distribusi sehingga
bisa mengurangi kesempatan tengkulak dalam memainkan harga pasar sekaligus
menekan jumlah mafia pangan yang ingin mendapatkan keuntungan.
Tidak hanya
menjual produk-produk milik BULOG, PangananDotcom juga menyediakan produk dari luar.
Hal ini dilakukan untuk menciptakan kompetisi yang sehat di antara para
produsen pangan. Buwas berharap, dengan inovasi seperti
ini, BULOG ke depan tak melulu berorientasi pada penugasan, melainkan fokus
pada aspek komersial. “Kita membangun sistem baru yang orientasinya kepada
komersial, sebab BULOG ke depan harus orientasi bisnis,” ucap Buwas.
The King Market
Setelah memperkuat posisi dengan menyelami bisnis e-commerce, mimpi Buwas yang lain ialah mewujudkan The King Market. Sebuah toko ritel modern yang menyediakan seluruh barang kebutuhan pokok bagi masyarakat dengan harga terjangkau sekaligus kualitas yang terjamin.
Dikatakannya, keinginan tersebut muncul setelah Presiden Joko Widodo memintanya membangun gudang modern, yang kini telah berdiri di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, dengan nilai investasi Rp 90 miliar. “Perintah presiden untuk membangun gudang modern, saya (berpikir) daripada gudang modern sekalian saja buat contoh King Market,” kata Buwas yang mengatakan bahwa pembangunan King Market akan memanfaatkan bangunan BULOG yang sudah ada di seluruh Indonesia secara bertahap, sehingga tak perlu membangun dari gedung baru.
Keberadaan The King Market ditujukan untuk menguasai market secara nasional dan kontrol pangan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Fungsi King Market ini nantinya, menurut Buwas, seluruh produk pangan yang dihasilkan produsen-produsen pangan tidak bisa langsung dijual bebas kecuali melalui King Market. Seluruh produk pangan yang masuk akan diteliti terlebih dahulu, dikontrol kualitas dan keamanannya, baru dijual dan didistribusikan.
Toko ini nantinya juga mendukung efektivitas program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Di mana distribusi pangan kepada masyarakat pun akan dilakukan secara daring. “Supaya masyarakat tidak terbebani, kita memakai teknologi. Jadi masyarakat cukup pesan, diantar. Jadi sudah saya praktikkan. Sudah bisa door to door,” tuturnya.
Supaya masyarakat kelas bawah tidak kesulitan, BULOG akan memberdayakan RT/RW dalam mendistribusikannya. “RT/RW tidak akan salah terkait warganya yang berhak menerima BPNT atau nanti berubah menjadi kartu sembako. Peran RT itulah yang nanti mendata dan mengakses BULOG yang kemudian akan kita teruskan kepada pangananDotcom,” ujarnya.
Ke depan, King Market akan memiliki pelayanan satu atap yang terdiri dari BULOG Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM), Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian dan Majelis Ulama Indonesia. Sementara saat ini, BULOG terus memperkuat bisnis ritel untuk menjual produk komersial seperti Rumah Pangan Kita (RPK) dan penjualan produk BULOG melalui marketplace seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, dan Blanja.com.