Klik Banner Workshop BUMN Series
BERITA

Toto Pranoto: Aset BUMN Meningkat Tapi Kontribusi Pendapatan Stagnan

Jakarta, Bumntrack.co.id – Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) menegaskan bahwa besarnya kontribusi BUMN terhadap perekonomian tidak dapat dipungkiri. Sampai dengan tahun 2018, aset perusahaan plat merah mencapai Rp8.200 triliun atau sekitar 54 persen dari PDB Indonesia. Dengan begitu, BUMN dapat dikatakan sebagai salah satu mesin penggerak perekonomian Indonesia.

Dari aspek kontribusi terhadap perekonomian nasional, di tahun 2018 kontribusi pendapatan BUMN terhadap perekonomian nasional masih berada di kisaran 16 persen. Angka yang relatif kecil misalnya dibandingkan Temasek di Singapura berkontribusi hingga 23 persen.

“Kontribusi pendapatan BUMN relatif stagnan dalam 3 tahun terakhir, padahal kita dapat cermati kenaikan aset BUMN yang cukup signifikan. Artinya produktivitas dari aset BUMN masih perlu ditingkatkan,” kata Direktur Utama LM FEB UI, Toto Pranoto di Jakarta ditulis Kamis (12/12).

Menurutnya, Profitabilitas dan efisiensi masih menjadi tantangan umum BUMN. Ini terlihat dari capaian laba bersih BUMN di tahun 2018 sekitar Rp 154 triliun, menurun dibandingkan tahun sebelumnya di kisaran Rp 186 triliun.

“Marjin keuntungan BUMN Indonesia di tahun 2018 masing-masing sekitar 7,2 persen, meskipun lebih baik dari Khazanah di Malaysia, namun belum cukup baik dibanding Temasek yang bisa mencapai 20 persen,” tegasnya.

Lebih lanjut, tantangan lain yang masih terjadi adalah kondisi pareto 115 BUMN di Indonesia. Kondisi pareto ditunjukkan oleh kontribusi pendapatan 20 BUMN go public di tahun 2018 yang mencapai 80 persen dari total pendapatan seluruh BUMN.

“Ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan mayoritas BUMN masih belum ideal, ditambah dengan banyaknya anak dan cucu BUMN yang merugi,” paparnya.

Melihat lebih dalam pada perkembangan beberapa sektor strategis, kinerja keuangan Bank BUMN Indonesia dapat dikatakan cenderung baik dibandingkan dengan Malaysia, dan dapat bersaing dengan Singapura.

“Namun demikian, kinerja operasional Bank BUMN masih menunjukkan peran intermediasi dan pengelolaan risiko yang belum optimal. Ini terlihat dari indikator NIM dan NPL yang masih relatif tinggi,” jelasnya.

Sementara itu pada sektor energi, Pertamina sebetulnya dapat bersaing dalam hal menghasilkan pendapatan. Namun demikian, efisiensi operasional Petronas relatif lebih baik ditunjukkan dengan marjin keuntungan yang lebih besar.

Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor, seperti: rantai nilai yang lebih terintegrasi, terutama untuk industri Petrokimia, ekspansi bisnis global baik di sisi hulu ataupun hilir, serta inovasi dan riset berkelanjutan yang menjadi tumpuan Petronas untuk tumbuh.

Lebih lanjut, pada sektor telekomunikasi dapat diketahui bahwa Telkom Indonesia relatif unggul dibandingkan Singtel dan Telekom Malaysia. Meskipun secara ukuran belum lebih besar dari Singtel namun Telkom Indonesia dapat tumbuh relatif cepat dan mampu menghasilkan laba yang relatif tinggi.

“Dengan berbagai tantangan dan peluang yang dihadapi BUMN ke depan, pengambil kebijakan perlu memperkuat penataan BUMN ke depan. Untuk menjadi pemain global, kompetensi dari pemimpin BUMN perlu memperhatikan beberapa aspek, seperti: Global Business Savvy, Visionary Leadership, Building Strategic Relationship, dan Intregity,” tegas Toto.

Dengan pemimpin yang memiliki kompetensi global, maka harapannya ke depan akan lebih banyak BUMN yang dapat tampil di kancah internasional. Di sisi lain, ekspansi global BUMN juga perlu didukung oleh kerangka regulasi dan tata aturan yang kuat. Regulasi BUMN perlu diperkuat dari beberapa aspek, seperti: Kelembagaan, Governance (Tata Kelola), Corporate Action, dan Holding Company.

Dengan begitu, pemetaan BUMN masa depan diarahkan pada bagaimana membina BUMN untuk mencapai kuadran contributors, atau BUMN yang memiliki kinerja keuangan yang baik dan memiliki nilai sosial yang tinggi. Selain itu, pembenahan dan likuidasi BUMN yang merugi dan memiliki nilai sosial rendah juga perlu dilakukan agar Kementerian BUMN dapat berfokus mendorong BUMN yang potensial untuk menjadi contributors.

Artikel Terkait

Back to top button