BERITA

TransformasiJasa Tirta II : Inovasi, Kolaborasi dan Gotong Royong

“Change is Good. Improvement is Better”.

Prinsip ini menjadi landasan Jasa Tirta II dalam mengejar kinerjanya.

Tak semata mengejar untung, perusahaan terus meningkatkan beragammanfaat.

Keberadaan Perum Jasa Tirta II tak luput dari sejarah pendiriannya. Adalah Presiden RI,  Ir Soekarno, yang pada tahun 1957 mengambil langkah besar, membangun bendungan dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Jatiluhur, Purwakarta, yang diberi nama Bendungan Ir. H. Djuanda.

Gagasan monumental ini menandai spirit Indonesia dalam menyiapkan infrastruktur pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) untuk penyediaan, keamanan sekaligus kedaulatan pangan dan energi. Pembangunan PLTA sebagai bagian dari bendungan multiguna ini menandakan tekad menyiapkan ketersediaanenergi listrik bagi kedaulatan energi nasional.

Peristiwa bersejarah tersebut menjadi tonggak pendirian PerumOtorita Jati Luhur pada 26 Agustus 1967, yang kini menjadi Perum Jasa Tirta II.Misi pendirian perusahaan ini disampaikan Direktur Utama Jasa Tirta II U. Saefudin Noer kepada BUMN Track pertengahan bulan lalu.

Sembari menikmati bangunan hasil renovasi di function room Hotel Pesanggrahan Jatiluhur yang dulunya merupakan mess para pekerja Perancis selama pembangunan bendungan pada 1957-1967, Saefudin menjabarkan misi pendiran perusahaan hingga tahapan transformasi yang kini berlangsung.

Patriot Call


Pria yang ditunjuk menjadi Dirut Perum Jasa Tirta II pada Maret 2019 ini mengatakan, bahwa wilayah operasional Jasa Tirta II meliputi 2 Wilayah Sungai (WS) yaitu Citarum dan Sebagian Ciliwung Cisadane. Wilayah kerjanyasepanjang 290 km dari sumber Mata Air Situ Cisanti di Pangalengan, Kabupaten Bandung dan bermuara di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Alirannya digunakan untuk menggerakanpembangkit listrik tenaga air (PLTA) sejak tahun 1967 dan mengalirkan 90 persen airnya untuk memenuhi kebutuhan kawasan pertanian dan irigasi yangberkontribusi menghasilkan dua musim tanam dan panen per tahun dengan rata-rata produksi padi 3,3 juta ton pertahun.

“Penugasan di Jasa Tirta II ini merupakan patriot call. Sebuah panggilan negara,untuk menata dan meningkatkan nilai tambah proses pengelolaan sumber daya air bagi pertanian & ketahanan pangan serta energi baru dan terbarukan. Pemanfaatan 90 persen air yang dikelola perusahaan  untuk pertanian, merupakanupaya menjaga ketahanan pangan nasional. Waduk Jatiluhur yang dikelola Jasa Tirta II mengairi lebih dari 240 ribu hektar, menghasilkan dua kali panen per tahun termasuk pada musim kemarau panjang, dengan rata-rata produksi panen7 ton per hektar. Bila dimonetisasi sekitar Rp15 triliun per tahun,” kata Saefudin.

Jasa Tirta II juga melaksanakan tugas strategis memenuhi kebutuhan 80 persen air baku DKI Jakarta. Sedangkan untuk kebutuhan kawasan Bekasi, Karawang, Subang dan Purwakarta telah tercukupi 100 persen. Nilai manfaat yang berhasil dilaksanakan tidak lepas dari The Triple Bottom Lines, yaitu People, Profit &Planet. Untuk masyarakat, menjaga laba dan untuk kelestarian lingkungan. Menurutnya, perusahaan ini mengemban misi mulia: Benefit lebih besar dari sekedar profit.

Dikatakan Saefudin, Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) menjadi bagian dalam meningkatkan kesejahteraan sekaligus pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja perusahaan. Upaya lain dilakukan melalui edukasi pembentukanbudaya bersih sungai dengan gerakan menjadikan sungai sebagai halaman depan.

Transformasi

Perusahaan terus melaksanakan inovasi dan transformasi melalui variasi program, antara lain, menjaga green belt dan catchment area, pencegahan pencemaran sungai melalui pemanfaatan energi baru terbarukan,seperti pembuatan biogas dengan pemberdayaan masyarakat.

Belum genap setahun menjabat, Saefudin berhasil menanamkan nilai-nilai transformasi untuk menciptakan nilai(value creation)  melalui optimalisasi asset dan nilai tambah (value added) pada sumber daya yang ada. Dalam kurun waktu 100 hari ia menggerakkan program Quick Win. Konsep itu ia terapkan di berbagai bidang untuk menjadi budaya yang berkelanjutan. Menurutnya transformasi harus sukses, terukur, focus dan cepat. Karena, menurutnya,”jiwa kita tidak menahan waktu. Jiwa kita mencatat peristiwa.”

Atas keberhasilannya, Jasa Tirta II memperoleh penghargaan Gold Winner kategori Indonesia Bersih dan The Best CEO Revolusi Mental Gotong Royong Terbaik II, pada  The 2ndRevolusi Mental Award tahun 2019. Pencapaiannyajuga menjadikan Saefudin diganjar penghargaan The Best CEO in Environment and Water Management Industry 2019 dan  Jasa Tirta II terpilih sebagai The Best Innovation and Business Transformation in Environment and Water Management Industry 2019.

Tidak hanya pada level nasional, Program konservasi Jasa Tirta II dengan program pencegahan pencemaran sungai dengan EBT Biogas dengan community empowerment memperoleh pengakuan tingkat internasional sebagai bentuk kontribusi nyata pada ketahanan air dan energi baru terbarukan. Penghargaan ASEAN Renewable Energy Project Award 2019 pada kategori thermal off-grid renewable energy diterima oleh perwakilan Jasa Tirta II di Bangkok-Thailand September 2019 dan merupakan satu-satunya program dari Indonesia yang menerima penghargaan.

Penghargaan ini, antara lain karena ia sukses menggiatkan program konservasi dan optimalisasi pengelolaan air dengan pembersihan sumber air mulai dari Situ Cisanti, pembersihan bendungan dan waduk, pembersihansaluran sepanjang Sungai Citarum hinggaadaptasi kekeringan dan mengupayakan tetap panen pada musim kemarau melalui gotong royong dan pelibatan masyarakatdalam pengaturan air untuk pertanian, industri dan air minum.

Di sisi lain, perusahaan tengah mengembangkan zonasi destinasi eco-tourism, wisata air, serta pelaksanaan event-event wisata untuk optimalisasi manfaat waduk, termasuk The 1st Jatiluhur Stand Up Paddle & Kayak Festival, dayung dan perahu naga, dilanjutkan dengan event Jatiluhur Heroes Fun Run, dan The 1st International Jatiluhur Jazz Festivaltanggal 30 November-1 Desember 2019.

Rangkaian acara ini turut menggerakkan ekonomi masyarakat, khususnya Usaha Mikro, Kecil, Menengah,  dan Koperasi di pedesaan dan daerah, pengusaha bidang pariwisata daerah, termasuk perhotelan, makanan, penggiat seni dan ekonomi kreatif.

Mulai dari Masa Depan

Keberhasilan yang terjadi tidak lepas dari semangat para karyawan yang menjalankan perbaikan-perbaikan dan kepemimpinan Dirut Jasa Tirta II. Saat diamanahi menjadi orang nomor satu di Jasa Tirta II, Saefudinmemutuskan untuk memulai dengan turun langsung ke lapangan, mendengar suara dari bawah, melakukan perubahan untuk membangkitkan harapan di masa depan. Ia mengajak para karyawan untuk memulai transformasi dari masa depan, yaitu dengan merancang sejumlah tujuan dan target Quick Win yang terukur.Bagi lelaki yang memiliki beragam pengalaman kerja itu, transformasi merupakan langkah memberi manfaat BUMN yang lebih besar kepada lingkungan dan ekosistem ekonomi masyarakat.

“Transformasi dilakukan dengan melihat sumber daya yang ada, seperti waduk, sungai, tanah, aset, properti, wilayah pariwisata dan air. Kami ingin menciptakan kultur baru yang dimulai dari aspek people, yakni menciptakan SDM unggul yang inovatif dan berdaya saing tinggi,” ungkapnya.

Secara internal,fokus transformasi Jasa Tirta II mencakup transformasi SDM dan budaya yang berorientasi pada pelayanan, operasi dan pemeliharaan, pengelolaan usaha danproses bisnis, pemutakhiran Information & Communication Technology (ICT), area bisnis baru, optimalisasi asetserta perbaikan regulasi.

Dalam bidang operasi dan pemeliharaan, contoh aksi nyata antara lain membersihkan dan menata Situ Cisanti melalui kolaborasi dan gotong royong dalam program Citarum Harum.Jasa Tirta II juga melakukan penataan oxbow Bojongsoang dan oxbow lain di Sungai Citarum, pengangkatan enceng gondok di Waduk Jatiluhur, pembersihan sungai, bendungan dan saluran di sepanjang wilayah kerja perusahaan.

Di Waduk bersejarah itu, kini saluran dan infrastruktur air lebih bersih. Bantarannya ditata lebih rapi, bangunan airnya dipercantik agar terjaga dan terpelihara fungsi utamanya. Pencapaian ini bukan semata buah kerja keras insan perusahaan, namun ada peran besar dari masyarakat, yang telah bergotong royong membantu Jasa Tirta II menjaga kebersihan di lingkungan waduk.

“Perubahan ini adalah contohQuick Win. Dapat dilihat hasilnya. Masyarakat kami ajak terlibat bergotong-royong menjaga wilayah sungai, air dan sumber-sumbernya,” ungkap mantan Direktur Keuangan PT Pelabuhan Indonesia III ini.

Di bidang ICT,Jasa Tirta II terus mengembangkan Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA). Sedangkan contoh transformasi optimalisasi asset, Jasa Tirta II memaksimalkan fungsi penginapan di kawasan Jati Luhur, yakni Hotel Pesanggrahan Jatiluhur. Hotel yang telah selesai direnovasi pada Oktober 2019, kini dikerjasamakan dengan Hotel Indonesia Group (HIG) melalui sinergi BUMN, agar Jasa Tirta II fokus ke core business.

Jasa Tirta II juga terus mempercantikbungalow dan Hotel Istora yang bersejarah, yang pernah digunakan Presiden Soekarno saat mempimpin pembangunan waduk.

Untuk mengoptimalkan aset, Saefudin kini gencar mengadakan kelas-kelas pelatihan dengan menjadikanbangunanidle milik perusahaan yaitu Grha Vidya, salah satu bangunan milik perusahaan, untuk dijadikan Water and Renewable EnergiLearning Center.


Saefudin mengatakan, pelatihan diharapkan mampu mendongkrak okupansi hotel-hotel milik perusahaan.“Upaya ini menjadi bagian value creationatas optimalisasi aset. Hotel dihari kerja terisi peserta training, sedangkan Sabtu-Minggu diisi penggiat pariwisata.” ungkap pria yang selalu memberikan ruang kreatif bagi generasi milenial perusahaan.

Benchmarking

Berkaca dari negara-negara maju, tata pengelolaan wilayah sungai (WS) dapat dimulai dengan menertibkan wilayah sungai dengan menjadikan sungai sebagai halaman depan misalnya untuk pengairan, wisata, dan propeti yang menguntungkan buat negara. Hal ini lantaran lahan dan aset negara di sepanjang wilayah sungai harusdapat digunakan untuk kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

“Pembangunanbudaya dan edukasi kepada masyarakat pesisir sungai melalui gerakan sungai sebagai halaman depan, dapat melahirkan sentra-sentra pariwisata dan kegiatan ekonomi maupun sosial kemasyarakatan. Dalam jangka panjang, wilayah sungai akan menjadi masa depan yang penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” papar Saefudin.

Sebagai upaya mengembangkan pengelolaan dan pengusahaan sumber daya air di Indonesia, Jasa Tirta II melakukan benchmarking dan kolaborasi dengan Korea Water Resources Corporation (K-water). Kesepakatan itu ditandai penandatanganan Memorandum of Collaboration (MoC) yang dilakukan Dirut Jasa Tirta II dan CEO K-water, Lee Hak Soo, di Kantor Ministry of Environment, Korea Selatan, Kamis (27/6). Momen itu juga disaksikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Bapak Basuki Hadimuljono.

Kolaborasi ini, antara lain pengembangan usaha, penyediaan informasi, kajian kelayakan, pendanaan investasi, dan pembangunan infrastruktur. Sinergi ini memuat pula kesepakatan dukungan inovasi korporasi meliputi kegiatan peningkatan kompetensi dan kapasitas, serta pertukaran keahlian dan teknologi. “Inovasi teknologi juga menjadi kesepakatan kedua perusahaan untuk melaksanakan kegiatan studi, perencanaan, dan penerapan teknologi pemanfaatan sumber daya air, termasuk smart water management dan teknologi komunikasi informasi,” jelasnya.

Transformasi yang dilakukan tidak lepas dari pengamalan konstitusi Pasal 33 UUD 1945 dimana “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Semangat tersebut diperkuat Undang-undang Sumber Daya Air (UU SDA) yang baru, dimana BUMN pengelola sumber daya air (SDA) merupakan prioritas sebagai badan usaha pengelola (BUP) SDA dan harus berkontribusi lebih. Tantangan ini merupakan peluang bagi Jasa Tirta II untuk mengelola air dengan menawarkan konsep One River Basin One Management (OROM) untuk menjaga keseimbangan pada ketahanan air, pangan, dan energi. 

Transformasi nampaknya harus terus dilanjutkan. Daya dukung regulasi melalui akselerasi perubahan peraturan pemerintah (RPP) untuk memperkuat kapasitas kelembagaan Jasa Tirta II dalam pengelolaan dan pengusahaan sumber daya air di Indonesia. Perlu diwujudkan hal ini mengingat Indonesia memiliki kekayaan sumber daya air dalam 128 wilayah sungai (WS), yang sangat potensial menjadi sumber kemakmuran Indonesia pada masa datang.

Hingga saat ini baru 7 wilayah sungai (WS) yang dikelola pengoperasiannya oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu 2 oleh Jasa Tirta II dan 5 oleh Jasa Tirta I. Artinya masih ada 121 wilayah sungai yang menjanjikan masa depan bagi kedaulatan pangan, energi, dan sumber bagi kemakmuran dan kesejahteraan Indonesia, melalui pengelolaan oleh BUMN bersama BUMD dan dunia usaha swasta nasional maupun kemitraan strategis lainnya.

Artikel Terkait

Back to top button